Powered by Blogger.

Catatan Astri

I read, teach, travel, cook, learn new things, and write it

  • Home
  • My Words
  • IT 'n Science
  • Q-World
  • Oase
  • Let's Go!
    • Life at Enschede
    • Mumbai Story
    • Travelling
  • Ke Dapur
  • None Of Them

CATEGORY >


Kerap kali sesuatu yang direncanakan dengan detail malah tidak akan berjalan dengan baik. Sudah lelah dan panjang membuat itinerary untuk jalan-jalan tidak jarang berakhir dengan dibatalkan atau berganti prioritas pelaksanaan. Maka untuk saya dan Tyas, sahabat waktu saya menuntut ilmu di Surabaya, kadang-kadang improvisasi dan keputusan mendadak itu perlu dilaksanakan. Apalagi untuk kami, yang amat sangat jarang bisa liburan, terpisah pulau dan tidak dekat jaraknya, saya di ujung Sumatera, Tyas di ujung Jawa. 

Perjalanan ke Dieng ini, diputuskan di detik-detik terakhir sebelum berangkat. Tiba-tiba, saya dan Tyas (setelah berkali-kali berubah rencana) membuat keputusan singkat, Ayo bertemu di Dieng! Bahkan saat itu saya yang masih mengunjungi beberapa tempat di Bandung juga berpikir keras, naik bis apa dari Bandung ke Dieng. Saat awal-awal berdiskusi tentang titik pertemuan (Saya di Bandar Lampung dan Tyas tinggal di Surabaya), kami berdua ternyata sama-sama pernah berkunjung di Dieng. Jadi tadinya Dieng bukan merupakan kandidat utama titik pertemuan kami yang hampir dua tahun tidak bertemu. Destinasi favorit kami memang tak sama, Tyas senang naik gunung, saya hanya puas memandang gunung. Tapi pasti ada titik sepakat diantara banyaknya perbedaan, dan kami sama-sama tidak punya argumen untuk pernyataan, Kita bertemu di Terminal Wonosobo ya Yas!

Berbekal browsing dari internet, Oka, teman yang di Bandung, mengantarkan saya ke Terminal Cicaheum. Hujan lebat tidak menyiutkan nyali untuk naik bis malam dari Bandung ke Wonosobo. Membeli tiket bis on the spot , tadinya saya berharap perjalanan di bis berjalan dengan nyaman, bisa beristirahat di bis dan seterusnya. Akan tetapi tantangan selanjutnya, selain pakaian setengah basah dari Bandung ternyata belum selesai. Bis berjalan dengan amat sangat pelan sekali. Lima menit berjalan dan lima belas menit berhenti. Usut punya usut, karena musim hujan, ternyata ada ketinggian air di daerah Rancaekek yang menjadi penyebabnya. Beberapa kendaraan yang nekad menembus banjir, malah mengalami mati mesin dan menambah kemacetan. Selewat jam dua belas malam, barulah bis berjalan dengan normal.

Seharusnya saya sampai sebelum shubuh di Terminal Wonosobo dan menunggu Tyas datang dengan bis dari Surabaya, tapi malah terbalik. Jam delapan pagi, saat saya sampai di Terminal Wonosobo, Tyas sedang santai menikmati Mendoan di salah satu warung disana. Dan saat berpelukan dengan Tyas di Terminal Wonosobo, kami sama-sama tertawa. Allah tahu, saya takut jika sampai duluan ke terminal, sendirian dan pagi buta, jadi dia membuat banjir yang membuat bis saya berjalan seperti siput, dan sampai di Wonosobo saat matahari sudah terang benderang.

Sarapan tempe kemul mendoan ini nikmat sekali

Setelah itu kami mencari angkot yang naik ke Dieng. Meski pernah ke Dieng, kami sama-sama menjadi anggota rombongan, dan duduk manis di mobil sewaan. Jadi hari itu, berbekal bolak-balik bertanya ke kondektur bis, sampailah kami di daerah Dieng. Dan karena berhenti di depan warung Sate Ongklok, dan mendekati jam makan siang, secara otomatis saya bilang ke Tyas, ayo makan  sate dulu yas ^_^.

Ini penampakan sate ongkloknya

Sepanjang jalan, kami banyak ngobrol, maklumlah, sudah dua tahun tidak bertatap muka. Saat menikmati sate ongklok, barulah kami membicarakan mau kemana saja di Dieng, haha, benar-benar unplanned traveling!  Setelah selesai makan siang, kami sempat melihat dua penginapan dan memutuskan untuk menginap di salah satu Hotel yang ada. Setelah membersihkan badan, hujan turun, melengkapi  kondisi badan lelah dan perut kenyang, kami tertidur. 

Saat bangun di sore harinya, kami sempat berjalan-jalan ke kawasan Candi Arjuna dan memutuskan untuk makan malam di Warung Bu Njono. Malam itu Tyas sempat sms ke temannya untuk meminta ditemani ke Sikunir keesokan harinya. Tapi rencana naik ke Sikunir tentatif, kami berdua sama-sama paham, karena datang di musim hujan, dan kondisi hujan yang datang sewaktu-waktu, jika memungkinkan  saja maka kami akan ke Sikunir untuk melihat sunrise. Hari itu juga, saat bertanya dengan Bapak penjaga hotel, kami mendapatkan motor sewaan plus peta jalur ke Sikunir dan beberapa titik wisata lain di kawasan tersebut. Jadi reuni kami akhirnya memiliki rencana. Berikut adalah beberapa hal dan lokasi yang kami lakukan dan kunjungi selama reuni di Dieng.

1. Mengenal lokasi Dieng
Saat pertama datang, kami memang tidak membuat itinerary apapun. Jadi kami gunakan untuk mencicipi kuliner khas Dieng, tempe mendoan dan juga sate ongklok. Ada banyak juga penjual olahan jamur dan manisan carica. Setelah mendapatkan penginapan dan beristirahat, kami berjalan-jalan di sekitar dan menemukan ada jaringan waralaba kebutuhan sehari-hari disana, tempat makan juga cukup beragam, bahkan ATM Bank BRI juga ada. Kami sengaja tidak melakukan aktifitas apapun karena sama-sama kelelahan dan beradaptasi dengan udara dingin. Surabaya dan Bandar Lampung sama-sama daerah panas, maka sampai di Dieng, kami benar-benar harus adaptasi dengan udara dingin. Tidur dengan kaos kaki dan jaket lengkap dan jilbab juga sudah, tapi dingin tetap menggigit. Jika tidak membawa sarung tangan, kaos kaki, masker maupun jaket sekalipun, ada banyak yang menjual dengan harga terjangkau. Waktu itu saya sudah mempersiapkan jaket, tapi saya lupa memasukkan sarung tangan ke ransel, walhasil saya membeli sarung tangan baru di Dieng.

2. Menikmati sunrise di Sikunir
Sebelum tidur, saya dan Tyas membuat kesepakatan, jika sampai jam 4 pagi masih hujan, maka kami urung naik ke Bukit Sikunir.
Jam 4 pagi,
Alarm berbunyi.
Diluar gerimis.
Tyas dengan spontan menjawab...hujan Mbak, saat saya bertanya apakah jadi naik atau tidak. Jadi kami menarik selimut lebih rapat.

Tak lama, telpon genggamnya berdering.
Ternyata Ardi, teman Tyas, benar-benar datang untuk menemani naik ke Sikunir!
Seketika kami segera terbangun dan bersiap-siap. Setelah Shalat Shubuh, meski sebenarnya agak terlambat, kami bertiga, dengan dua sepeda motor menembus kabut dan gerimis ke area Bukit Sikunir. Saat itu saya benar-benar bersyukur, jika tidak ada Ardi, mungkin kami akan tersesat. Jalur ke Sikunir ternyata tidak seperti di peta yang diberikan Penjaga Hotel.

Sampai di Sikunir, hanya tinggal kendaraan yang ramai di parkiran. Pengunjung yang ingin melihat sunrise jelas sudah mulai naik ke Bukit. Saat kami naik, bahkan kami berpapasan dengan pengunjung yang turun. Namun mereka mengatakan tidak melihat sunrise, karena jelas, pagi itu hujan dan berawan. Saat sampai di titik lokasi untuk melihat sunrise, ternyata masih banyak yang bertahan. Dan kami beruntung, kami mendapatkan beberapa saat kemunculan matahari bersamaan dengan ribuan lampu dari pemukiman penduduk di kejauhan.


Sunrise yang tertangkap di Sikunir


Para pengunjung Sikunir yang cantik asyik ber-we-fie ria
Turun dari Sikunir, saya sempat berkenalan dengan seorang wisatawan yang mengambil foto sunrise dengan sangat cantik. Kebetulan sensor lensa kameranya memang berkelas. Wisatawan tersebut dari India, dan saat itu saya sempat bilang, saya ingin berkunjung suatu waktu nanti ke India ha ha ha dan ternyata beberapa bulan kemudian kalimat saya berkunjung ke India benar terwujud. Ah memang benar, ucapan itu doa. Jadi pesan moralnya, berucaplah yang baik-baik.

Cerianya Tyas saat turun dari Sikunir

Di lokasi tempat parkir kendaraan juga ada danau yang sangat cantik. 


Saat turun, barulah saya melihat pemukiman penduduk yang saya lewati. Ternyata kami melewati desa Sembungan, yang diklaim sebagai desa tertinggi di Pulau Jawa. 

Gapura pintu masuk Desa Sembungan, desa tertinggi di Pulau Jawa


3. Melihat Telaga Warna dari Ketinggian
Sama-sama pernah melihat telaga warna dari dekat, kami menggeleng saat Ardi berhenti di depan pintu masuk Telaga Warna. Kemudian Ardi mengajak berhenti di titik lain, melewati perkebunan buah Carica dan sayuran untuk melihat Telaga Warna dari ketinggian dan ternyata.. lebih cantik. Saya tidak pernah menyangka bisa menikmati Telaga Warna dari tempat ini.

Telaga Warna dan Telaga Pengilon

Spot foto favorit di tempat ini, antri untuk foto disitu


4. Memotret Kawah Sikidang
Kami tetap membelokkan motor ke Kawah Sikidang, dengan satu alasan. Mencari sarapan dan minum ha ha ha. Kami juga berjalan mengunjungi kawah yang bergejolak, tapi saya dan Tyas lebih banyak mengambil foto dari sekitar kawah, bukan kawahnya. 

Pintu Masuk Kawah Sikidang

Anak-anak di ketinggian dengan pipi merah dan tertawa didepan kamera

Kawah Sikidang di Kejauhan

Deretan Edelweis dijajakan juga

Kuda ini tak mau kalau menjadi objek kamera

Lucunya kami lupa foto berdua, jadi di setiap foto  hanya ada saya atau Tyas saja :p
Iklan belerang di sekitar Kawah Sikidang

Kami tak tahu siapa, tapi ia berpose, ya klik saja



Setelah menghabiskan dua bungkus camilan, dan karena hari sudah terang, kami mengikhlaskan Ardi untuk duluan pulang. Lebih tepatnya karena kami sudah kelelahan setelah naik ke Sikunir dan melihat Telaga Warna dari Ketinggian, kami memutuskan untuk kembali ke hotel dan beristirahat. 

Camilan ini enak, cobalah kalau Anda ke Sikidang, Jamur Crispy dan Kentang Goreng

5. Jalan-jalan sekitar Candi Arjuna

Siangnya, setelah check out dari hotel, kami menitipkan dua ransel kami ke lobby hotel dan naik motor mengelilingi kawasan Dieng.  Memarkir motor di kawasan Candi Arjuna, kemudian kami menghabiskan waktu mengelilingi Candi dan sekitarnya. 

Menilik peta yang diberikan hotel, seharusnya ada Telaga lain yang ada di sekitar Candi. Namun setelah berkeliling dan bertanya kepada penduduk yang kami temui, jalannya tidak memungkinkan untuk dilewati, maka kami kembali ke areal Candi.

Beberapa areal Candi sedang diperbaiki

Rasanya semua penat semester lalu tak bersisa

Reruntuhannya menyimpan cerita sejarah

Candi Arjuna

Beberapa situs lain di Kawasan Candi Arjuna

Pemandangan bukit hijau dan bunga liar di sekitar Candi Arjuna

Ini juga salah satu lokasi yang tidak ketemu meski sudah ditelusuri
Sampai puas berjalan, kami sempat hanya duduk-duduk di sekitar Candi sambil memperhatikan pengunjung lain yang asyik berfoto. Kami berdua sama-sama sepakat perjalanan kali ini sangat menyenangkan. Meski susah payah, kehujanan, basah kuyup sampai kering lagi di perjalanan, tanpa rencana detil, reuni dadakan ini berhasil. Kami mendapatkan traveling, liburan dan reuni sekaligus. Dan masih banyak titik perjalanan lainnya di Indonesia yang layak untuk dikunjungi. Sepertinya kami bisa merencanakan reuni selanjutnya di Kalimantan atau Sumatera.

Itinerary memang penting, tapi tak cukup hanya direncanakan, cukup masukkan bekal seadanya ke ransel dan berangkat. Kami kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya, yang lagi-lagi, kami pilih dengan spontan. Ke Borobudur!


Share on:
Sampai Bandung, pengennya langsung jalan-jalan, ikut Oka ke kampus, dia kuliah terus saya jalan-jalan. Ternyata waktu dia siap berangkat kuliah, badan saya tidak mau diajak kompromi. Sempat tertidur selama satu jam, setelahnya saya sempat browsing kira-kira mau jalan kemana. Jam 12 siang, baru saya siap pergi dari rumah kontrakan kakaknya Oka. Akhirnya, berbekal petunjuk dari kakaknya Oka, saya naik angkot ke ITB.

Ini kedua kalinya saya ke Bandung. Tapi sebelumnya, ngikut aja mau dibawa kemana hehehe. Jadi cuma dikasih petunjuk naik angkot dan pergi sendiri itu prestasi buat saya. Bahkan bertahun-tahun tinggal di Bandar Lampung pun, saya hampir gak pernah naik angkot, akibat penyakit ndeso saya yang pusing kalau naik kendaraan roda empat. Alhamdulillah, meski sempat dioper angkot sekali, salah belok jalan sekali, dari area Ujung Berung, saya berhasil sampai ke daerah ITB dan ketemu Oka di depan lokasi parkir ITB.

Hujan agak deras dan perut lapar, membuat kami akhirnya mampir ke kantin, beli makan siang. Dan diputuskan, siang itu berangkat ke Lembang, menuju Kebun Bunga Begonia.  Dari daerah ITB, kami naik angkot Cicaheum-Ledeng. Dari Terminal Ledeng naik angkot Ciroyom-Lembang kalau nggak salah atau Stasiun Hall-Lembang. Sampai Lembang, karena masih gerimis, dan tidak menemukan angkutan desa yang seharusnya lewat, kami memilih naik andong. Dan sampailah kami di Kebun Bunga Begonia.

Disambut tukang parkir yang ramah, kami menuju gubuk kecil tempat penjual tiket. Harga tiketnya 5000 rupiah saja per orang. Murah kan? Yang mahal adalah tiket masuk untuk kamera DSLR, 50.000 (Lima puluh ribu rupiah) per kamera. Kamera pocket dan kamera hape masih gratis. Meski mendung, deretan bunga yang ada tetap cantik dan menarik. Selain bunga, ada juga area untuk sayur mayur di tempat ini. Restoran juga disediakan. Kebun bunga begonia ini dibuka dari jam 8 pagi sampai jam 9 malam.  Berikut adalah beberapa hasil foto dari taman bunga Begonia.



Kalau cuacanya cerah dengan langit biru, pastinya bunga-bunga ini terlihat lebih cantik lagi. Lokasinya memang tidak luas sekali, tapi ditata dengan cantik dan ditambah tema-tema tertentu. Kebetulan kami datang menjelang libur imlek, jadi nuansa imlek dengan lampion dan tatanan warna merah ada di beberapa sudut kebun bunga ini.











Selain bunga, ada juga space untuk sayur mayur. Hari itu, kebun bunga Begonia panen tanaman kembang kol. Sepertinya kalau bawa anak kecil dan diberi pengenalan tentang macam-macam sayur, tempat ini cukup menarik hehehe. 



Kami beranjak dari Kebun Bunga Begonia, saat kabut turun, jam setengah lima, cuma kabut putih yang terlihat dimana-mana. Bahkan dominasi merah warna tanaman begonia pun diselimuti warna putih.


Last shot before go home
 Meski tidak lama di tempat ini, suasana cantiknya cukup membuat fresh. Dan kami-pun pulang menuju parkiran ITB lagi (karena motor Oka diparkir disana) dengan rute yang sama. Bedanya, kami tidak naik andong, tapi ada angkot yang lewat menuju Pasar Lembang, ongkosnya 3000 rupiah. Oh ya, ini website resmi dari Kebun Bunga Begonia. http://www.kebunbegonia.com/ .



Share on:
Jalan-jalan ini bisa disebut asal. Orang yang kenal saya, mungkin tahu, setiap merencanakan jalan-jalan saya bakal membuat itinerary detail, mau naik apa, mau kemana saja, nginep dimana, tempat apa yang menarik dan lain-lain. Kalau sempat bahkan survey sekalian tiket perjalanan termurah dan lain-lain. 

Tapi yang ini beda. Karena terpending lamaaaa pengen liburan untuk urusan kantor, dan kalau direncanakan liburannya selalu gagal, maka..kali ini, begitu kondisi mahasiswa bimbingan tugas akhir dirasa bisa ditinggal sepekan, saya langsung pesan tiket ke Bandung. Kalau ditanya pulangnya kapan dan naik apa, saya nggak bisa jawab. Karena memang belum direncanakan mau jalan sampai kemana apalagi pulang naik apa hehehe.

Dan pada akhirnya, rute jalan-jalannya lumayan. Bandar Lampung-Bandung-Wonosobo-Dieng-Jogja-Borobudur-Parangtritis-Solo-Soetta-Branti. Kurang lebih 1867km dan jalan-jalan kali ini benar-benar membuat sandal saya harus istirahat.



Hampir semua mode transportasi dicoba, bus, kapal, kereta api dan pesawat. Berhubung jalan-jalan hemat, gak ada aktifitas belanja-belanja, satu-satunya bis yang agak mendingan adalah bis damri kelas royal untuk perjalanan Bandar Lampung-Bandung.  Sengaja ambil royal class karena sudah diprediksi, hari senin pasti hectic dan kelelahan di kantor. Supaya  hari Selasanya bisa langsung jalan-jalan (rencananya).

Oh ya saya sempat capture tarif bus damri dari Lampung untuk berbagai tujuan.



Perjalanan Bandar Lampung- Bandung cukup lancar. Sayangnya saat di menyeberang ke Merak, saya yang berharap bisa beristirahat di kapal, ternyata salah memilih ruangan. Berharap bisa beristirahat di ruang VIP malah tidak bisa tidur sama sekali, karena ruang tersebut bersebelahan dengan ruang karaoke dan orgen tunggal yang gegap gempita sepanjang perjalanan. Alhamdulillah, jam 5.30 pagi, saya bisa sampai dengan selamat di Bandung. Malam sebelumnya, saya sudah kontak Oka yang sedang kuliah di Bandung, dan Oka sangat berbaik hati mau menjemput saya di pool damri Bandung. Nah, posting selanjutnya akan berisi bercerita tentang tempat-tempat yang sempat dikunjungi.

Share on:
  • ← Previous post
  • Next Post →
  • Hi, I am Astria Hijriani. Now, i live in Enschede, Netherlands until 2018. I works as a Lecturer in Computer Science Department, Lampung University.
  • This blog capture some story from my life, my feeling, my activity and also my mind. You can contact me at astria.hijriani@gmail.com.
Founder of the website

Pageviews

Sparkline

Blog Archive

  • April 2018 ( 1 )
  • March 2018 ( 2 )
  • February 2018 ( 2 )
  • December 2017 ( 2 )
  • October 2016 ( 1 )
  • May 2016 ( 2 )
  • December 2015 ( 2 )
  • November 2015 ( 2 )
  • August 2015 ( 1 )
  • July 2015 ( 1 )
  • April 2015 ( 3 )
  • March 2015 ( 3 )
  • February 2015 ( 1 )
  • November 2014 ( 1 )
  • October 2014 ( 3 )
  • September 2014 ( 1 )
  • June 2014 ( 1 )
  • May 2014 ( 1 )
  • April 2014 ( 4 )
  • March 2014 ( 2 )
  • February 2014 ( 6 )
  • January 2014 ( 9 )
  • December 2013 ( 5 )
  • October 2013 ( 1 )
  • September 2013 ( 1 )
  • August 2013 ( 1 )
  • June 2013 ( 3 )
  • May 2013 ( 7 )
  • March 2013 ( 2 )
  • December 2012 ( 1 )
  • November 2012 ( 5 )
  • October 2012 ( 6 )
  • September 2012 ( 6 )
  • August 2012 ( 5 )
  • July 2012 ( 9 )
  • June 2012 ( 4 )
  • May 2012 ( 9 )
  • April 2012 ( 1 )
  • March 2012 ( 12 )
  • December 2011 ( 7 )
  • November 2011 ( 5 )
  • October 2011 ( 1 )
  • July 2010 ( 1 )
  • November 2009 ( 1 )
  • October 2009 ( 1 )
  • July 2008 ( 2 )
  • June 2008 ( 1 )
  • March 2008 ( 1 )
  • August 2007 ( 2 )
  • July 2007 ( 20 )

Popular Posts

  • Cara Membungkus Kado Bentuk Kemeja
    Ini postingan ringan, barangkali ada yang ingin berkreasi dalam membungkus kado atau bingkisan tertentu. Bentuk kemeja ini lumayan unik dan ...
  • Naik Apa ke Lampung dari Surabaya ?
    Selama jadi anak kost di Surabaya, sering sekali teman-teman bertanya, kalau pulang naik apa ke Lampung? Jawabannya biasanya gini, ya kalau ...
  • Berani Bongkar, Beruntung Bisa Pasang ~ Membersihkan Fan Acer 4732Z
    Liburan lalu, beberapa kali, laptop ini mati tiba-tiba, biasanya pada saat memainkan game yang membutuhkan grafis tinggi. Sempat sangat khaw...
  • Beasiswa Short Course StuNed
    Setiap bertemu dengan orang Indonesia di Enschede biasanya ditanya, -master atau PhD ? terus dijawab, ndak, saya shortcourse saja 3 bula...
  • Yang Mana Yang Berkualitas?
    Saya masih ingat sekali, pelajaran dasar yang diberikan Gem Cheong di kelas Total Quality Management. Gem menampilkan dua gambar berikut di ...
  • Operasi Gigi Geraham Bungsu dengan Fasilitas Askes ( I )
    Setahun lalu, melihat hasil foto rontgen panoramik gigi, dokter gigi di Surabaya sudah mengingatkan sejak awal, Mbak..sebaiknya geraham bung...
  • Operasi Gigi Geraham Bungsu (III)
    Sudah diniatkan ditulis sejak lama, tapi semuanya berubah ketika negara api menyerang :) eh eh nggak ding, karena mengkambinghitamkan 'm...
  • Beasiswa Pelatihan ITEC/SCAAP ke India
    Kenapa India? Mau Berangkat lagi? S3 ya, berapa tahun? Ngapain ke India? Mau ketemu Shahrukh Khan? Salam ya buat Shaheer Sheikh India...
  • Edisi Jajan dan Cari Oleh-Oleh di Palembang
    Jum'at sampai Ahad, 29 Nov-1 Des kemarin menyempatkan jalan-jalan ke Palembang. Menu utamanya wisudanya Destroyer eh Destri ding, tapi t...
  • Mampir ke Monas
    Ini salah satu mimpi waktu masih kecil, melihat Jakarta dari puncak Monas ^_^.  Dulu, pernah berkunjung ke tempat ini, waktu masih SD ras...

My Tweet

Tweets by @astriahijriani

Do Not think too much, say thanks to Allah for another wonderful day

Even your worst day, that's still 24 hours only


Created By SoraTemplates | By Gooyaabi Templates - copyright 2017 - edited by @hijriani