Powered by Blogger.

Catatan Astri

I read, teach, travel, cook, learn new things, and write it

  • Home
  • My Words
  • IT 'n Science
  • Q-World
  • Oase
  • Let's Go!
    • Life at Enschede
    • Mumbai Story
    • Travelling
  • Ke Dapur
  • None Of Them

CATEGORY >

Saya bingung, memberi judul untuk postingan ini karena jalan-jalannya cuma sekilas. Tapi, karena sudah direncanakan untuk membuat postingan bersambung, jadi dibuatlah kalimat-kalimat pendeknya. 

Hari kedua di Bandung.
Tadinya mau ikut Oka kuliah sejak pagi, berhubung kuliahnya Oka pagi buta, kuliah jam 7 dan berarti Oka harus berangkat sejak jam 6 pagi dari ujung berung, maka saya memutuskan seperti kemarin, naik angkot ke daerah ITB. 

Sampai ITB, ternyata Oka masih sibuk mencetak tugas dan lain-lain. Padahal rencananya Oka akan menemani ke alun-alun. Akhirnya saya bilang ke Oka, Ka, turunin saja di gedung Sate dan tunjukkan angkot ke alun-alun Bandung. Nanti pulangnya, kalau bisa bareng Oka ya bareng, kalau nggak, berarti pulang lagi ke Ujung Berung naik bis Damri. 

Sampai di depan Gedung Sate, Oka lanjut untuk mengurus tugas kuliah. Saya sempat duduk-duduk disitu, ambil foto dan memotret orang-orang yang pose dengan latar gedung sate hehehe. Kemudian saya sempatkan browsing, tempat apa di sekitar Gedung Sate yang bisa dikunjungi dengan jalan kaki. Di sebelah Gedung Sate ada Museum Pos Indonesia, lanjut lagi ada Taman Lansia, kemudian jalan terus lagi ada Museum Geologi. Berikut adalah beberapa foto yang saya ambil, hasil dari jalan-jalan beneran.

Menunggu jalan agak sepi

Museum Pos Indonesia, ramai dengan anak sekolah

Kantor Pos di sebelah Museum Pos Indonesia
Karena ramai anak sekolah di Museum Pos Indonesia, saya lanjut jalan ke Taman Lansia. Pernah melihat fotonya di salah satu tweet atau Fb Ridwan Kamil tentang Taman ini. Sedikit di luar perkiraan, sepertinya Taman kurang terawat. Waktu baru diresmikan, Taman terlihat bagus. Yang sekarang, bersih sih, tapi sepertinya tanaman tidak dirawat dengan baik, atau mungkin belum ditambah. Jika dibandingkan dengan Kebun Bibit Surabaya, jauh lebih hijau dan rapi yang di Surabaya. Taman lansia hari itu dipenuhi anak TK dan beberapa orang yang sedang shooting untuk acara tertentu.
Dilarang jualan, tapi tetap saja ada pedagang :)

Salah satu sisi yang bagus, kalau ada airnya mungkin lebih bagus

From this view, still looks beautiful

Pengunjungnya banyak anak-anak ^_^
Kalau untuk jalan-jalan, taman lansia ini cukup kok buat pegel, Capek memutari jalan setapak jalan kaki, Saya meneruskan ke Museum Geologi. Sayang, tempat tersebut sedang penuh dengan deretan bis berisi anak SMP dan SMA yang karyawisata. Akhirnya saya malah hanya duduk di seberangnya menikmati sepiring Kupat Tahu. Dari situ, saya meneruskan perjalanan ke Alun-alun Kota Bandung. Nggak jalan kaki lho dari situ, bisa naik angkot atau taksi. Karena waktunya shalat dzuhur, saya sekalian shalat di masjidnya. Sempat mencicipi rumput hijau sintetisnya juga, sebelum hujan lebat yang mengusir ratusan pengunjung alun-alun.

Ini foto setelah hujan, Sebelum hujan jauh lebih ramai

Penampakan masjid dari alun-alun

Jalan ke Masjid dari Halte Bis
Sekitar jam 2, karena hujan tidak reda dan ingat sorenya akan berangkat ke Wonosobo, saya menembus gerimis. Naik bis ke Damri arah Cibiru, pulang ke rumah kakaknya Oka. Then next posting tentang Dieng yaaa.


Share on:
Salah satu dampak dari penyakit 'amnesia kronis' saya adalah.. saya lupa pada waktunya SIM harus diperpanjang. Entah karena saya memang pengendara yang baik atau memang saya beruntung, jarang bertemu razia gabungan Polantas, sehingga SIM itu memang jarang sekali keluar dari dompet. Saya baru tersadar, waktu kakak saya memeriksa dompet (entah mencari apa) dan menemukan bahwa SIM saya sudah lewat masa berlakunya, sekitar tiga mingguan lewatnya. Sejak saat itu, hampir setiap hari ibu saya bertanya, sudah perpanjang SIM belum? Dan saya selalu menjawab, nggaak sempat Ma.


Sampai suatu hari, masuklah informasi di whatsapp grup jurusan, pengalaman seorang teman yang menyatakan, SIM yang lewat masa berlaku jangan sampai lewat 3 bulan untuk memperpanjangnya. Karena jika lewat tiga bulan, maka harus membuat SIM baru. Syarat SIM baru adalah tes tertulis 1 jam untuk 30 soal (max salah adalah 8) dan ujian praktek. Jadi saya meniatkan diri, harus mencari waktu menyempatkan memperpanjang SIM sebelum batas 3 bulan habis.

Selain ke Samsat, di Bandar Lampung, kita bisa memperpanjang SIM di Samsat Corner Chandra Swalayan juga di Mobil Pelayanan SIM Keliling. Karena Samsat Corner terlalu menggoda, (maksudnya nggak mungkin ke Chandra cuma perpanjang SIM saja, pasti belanja) saya mencoba hunting jadwal mobil pelayanan SIM keliling. Browsing-browsing   jadwalnya beda-beda, ada yang bilang hari senin ada di Museum Lampung. Dua kali hari Senin, saya lihat nggak ada di depan Museum Lampung. Iseng-iseng saya lihat pengumuman di web, www.ditlantaspoldalampung.web.id, ada kemungkinan mobil di daerah Way Halim setiap hari. Maka hari Kamis kemarin, pas tidak ada jadwal rapat, tidak ada jadwal ngajar, dan tidak jadwal seminar mahasiswa, saya sempatkan mencari mobil pelayanan SIM Keliling. Kalau sampai nggak ketemu di Jalur Dua Way Halim, saya ikhlas kalau memang harus sampai Samsat Corner di Chandra ^_^.

Alhamdulillah, saat menunggu di lampu merah Way Halim, saya melihat mobil itu di halaman Bank BTN.

Nah langkah-langkahnya.
1. Siapkan dokumen dan persyaratan yang diperlukan

  • KTP asli dan fotocopynya 2 lembar
  • SIM asli dan fotocopynya 2 lembar
  • Surat keterangan sehat dari dokter atau puskesmas
  • Uang 75 ribu untuk SIM C dan 80 ribu untuk SIM A



2. Nah, kalau di sekeliling mobil Anda tidak melihat petugas, ketuklah pintu mobil. Petugas akan memberikan formulir untuk Anda isi.

3. Setelah formulir dan kwitansi diisi, serahkan kembali ke petugas, KTP, SIM dan dua fotocopynya juga dikasih. Petugas kemudian akan memeriksa kelengkapan berkas Anda. Untuk Surat Keterangan Sehat, ada beberapa orang yang sudah membawa Surat dari Puskesmas kemarin ditolak oleh petugas, dengan alasan isi pemeriksaannya harus lengkap. Nah, saya sempat bertanya ke petugas. surat yang lengkap itu isinya apa. Si Mbak kemudian menyatakan isi Suratnya harus lengkap :), ada tes buta warnanya juga.

Waktu si Mbak ke mobil, saya sempat memfoto Surat Keterangan Sehat versi si Mbak.


Jadi, pastikan ada tinggi badan, berat badan, tekanan darah, nadi, respirsal dan buta warna. Mungkin setelah itu si Mbak akan menerima Surat Keterangan Sehat dari Puskesmas atau Dokter yang Anda bawa. Nah, biar nggak bolak-balik, si Mbak dan temannya juga menyediakan layanan untuk mendapatkan Surat Keterangan Sehat disitu. Biayanya Rp.30.000.


Abaikan, jika saat diperiksa, berat badan Anda akan bertambah 10 - 20 Kg, karena timbangan ditaruh di tanah berumput yang jelas sangat tidak stabil. Ada Mas-mas yang nyengir bahagia, karena dia bilang, tadi pagi dia timbang badannya hanya 60 Kg, eh siangnya jadi 80 Kg hehehe. Lucu lagi,  saat ada mbak-mbak yang diukur tekanan darahnya, karena yang mengukur begitu bersemangat, jarumnya sampai lepas dan meluncur bebas ke rerumputan daaan tidak ditemukan hahaha. Terpaksa prosesnya ditunda menunggu Mbak pemeriksanya mengambil alat baru dari rumah.

Buat hiburan sih, karena prosesnya setelah Surat Keterangan Sehat, Anda tinggal menunggu panggilan dari petugas yang ada didalam mobil. Kejadian-kejadian lucu lumayan mengurangi penat karena cuaca yang panas. Mobil ada di halaman Bank BTN yang minim peneduh, jadi kami terpaksa menginjak rumput taman dan mepet ke dinding Bank agar tidak terlalu kepanasan.

4. Setelah dipanggil, Anda bisa masuk ke dalam Mobil Pelayanan SIM Keliling yang adem. Ada dua petugas di dalam. Sambil mengetik data dan memastikan datanya benar, Anda tinggal duduk, diambil foto, sidik jari jempol kanan dan jempol kiri kemudian tanda tangan. Beberapa menit kemudian, SIM baru sudah siap. Eh, jangan lupa bayar Rp. 75.000 ke Bapak petugas ya..


Nah, sekarang gak perlu was-was kalau lihat Bapak Polisi, dan tetap hati-hati berkendara, ikuti aturan berlalu lintas #hehehe.




Share on:
“Menulis itu menenangkan pikiran dan nurani yang nyeri.” 
~ Helvy Tiana Rosa.

Buat saya menulis itu seperti bicara. Seperti halnya curhat yang katanya katarsis jiwa. Apaan sih katarsis? Katarsis adalah salah satu teknik untuk menyalurkan emosi yang terpendam, atau dengan kata lain adalah pelepasan kecemasan dan ketegangan yang ada didalam diri seseorang, misalnya dengan curhat atau menulis atau dengan tindakan seperti bersih-bersih hehehe. Saya nulis di blog, itu juga asalnya karena menumpahkan emosi jiwa #halah. 

pic source www.prnewsonline.com

Saya bukan orang yang banyak bicara. Lhaaa situ kan dosen?
Apa jadinya kelas kalau dosennya pendiam.
Iya, saya bicara di kelas, berjam-jam sehari malah. Jumlah mahasiswa di kelas juga tidak sedikit. Ada kelas yang sampai 90 an mahasiswa dalam satu kelas. Kadang jika sedang sangat banyak jam mengajar seharian, sampai rumah, saya bakal jadi pendiaam sekali, karena..saya lelah bicara #dalamartisebenarnya hehehe. Meski, saya bukan orang yang punya bakat berdebat, ada hal-hal yang tidak bisa tidak, harus dibicarakan. Ketika kita menginginkan perbaikan pada sistem dan lingkungan misalnya. Kalau kita tidak bisa membaca fikiran orang lain, maka orang lain juga tidak bisa membaca kemauan dan fikiran kita kan? Jadi mau atau tidak mau, harus bisa disampaikan. 

Soal menyampaikan secara lisan, saya masih harus banyak belajar. Karakter lingkungan sejak kecil yang meledak-ledak, membuat bahasa saya minim basa-basi, kerap konfrontatif tanpa pemanis. Lengkap asamnya jika saat itu ekspresi wajah saya sedang tidak bersahabat. ^_^. Saat menyampaikan isi fikiran dalam bentuk tulisan pun, saya banyak belajar dari rekan-rekan yang menulis baik di status Fb maupun blogwalking. Menulis, berarti membuat jejak. Dan saya belajar membuat jejak yang baik. (Semoga, Aamiin).

Dari teman-teman di sekitar dan yang saya baca di dunia maya, saya belajar untuk menata tulisan. Postingan status dan blog yang galau nggak jelas dikurangi dan dicoba untuk disampaikan secara positif. Menggunakan pengalaman dan rangkaian kata untuk memberikan manfaat, pertama bagi diri sendiri, dan mudah-mudahan bagi orang lain. Tidak perlu memaksakan bahwa semua orang akan menganggap secara positif. Ada satu dua mungkin banyak suara sumbang dan merdu yang akan bilang, misalnya... Ah, cuman jalan-jalan gitu ngapain ditulis, atau sombong amat sih, baru ke Belanda diongkosin aja segitu bangganya, pamer gitu maksudnya, masakan belum tentu enak ngapain di sharing ^_^.

Rasa asem, saat dikritik ini dan itu karena tulisan, rasanya  tidak seberapa saat ada orang yang mendapat manfaat dari apa yang kita tuliskan. Tidak satu dua kali, saya mendapatkan teman dan kenalan baru karena postingan di blog. Saya merasa berbahagia, padahal blog itu tidak saya kelola dengan baik, ternyata masih ada yang membaca. Blog itu masih mengikuti mood pemiliknya yang naik turun, seharusnya saya lebih rutin menulis. Yang mendapatkan manfaat ketika membuat tulisan di blog, sebenarnya saya sendiri. Susunan kata-kata yang dituliskan itu benar-benar dapat mengurangi penat di kepala saya. Kadang, ada hal-hal yang tidak dapat kita  sampaikan dengan curhat, ide dan emosi yang tidak bisa diredam hanya dengan bersih-bersih rumah, memasak atau membuat handycraft. Jadi menulis bisa menjadi salah satu katarsis yang berguna.

Jadi, keep positive.
Jadi, tetaplah menulis. 
Jadi, mohon maaf jika timeline FB atau Twitter Anda akan dihiasi link ke blog saya.
Mudah-mudahan bisa memberi manfaat.

Jadi buat postingan ini kenapa nih?
Hmmm sedang bingung, menulis proposal penelitian dan pengabdian hehehe.
Share on:
  • ← Previous post
  • Next Post →
  • Hi, I am Astria Hijriani. Now, i live in Enschede, Netherlands until 2018. I works as a Lecturer in Computer Science Department, Lampung University.
  • This blog capture some story from my life, my feeling, my activity and also my mind. You can contact me at astria.hijriani@gmail.com.
Founder of the website

Pageviews

Sparkline

Blog Archive

  • April 2018 ( 1 )
  • March 2018 ( 2 )
  • February 2018 ( 2 )
  • December 2017 ( 2 )
  • October 2016 ( 1 )
  • May 2016 ( 2 )
  • December 2015 ( 2 )
  • November 2015 ( 2 )
  • August 2015 ( 1 )
  • July 2015 ( 1 )
  • April 2015 ( 3 )
  • March 2015 ( 3 )
  • February 2015 ( 1 )
  • November 2014 ( 1 )
  • October 2014 ( 3 )
  • September 2014 ( 1 )
  • June 2014 ( 1 )
  • May 2014 ( 1 )
  • April 2014 ( 4 )
  • March 2014 ( 2 )
  • February 2014 ( 6 )
  • January 2014 ( 9 )
  • December 2013 ( 5 )
  • October 2013 ( 1 )
  • September 2013 ( 1 )
  • August 2013 ( 1 )
  • June 2013 ( 3 )
  • May 2013 ( 7 )
  • March 2013 ( 2 )
  • December 2012 ( 1 )
  • November 2012 ( 5 )
  • October 2012 ( 6 )
  • September 2012 ( 6 )
  • August 2012 ( 5 )
  • July 2012 ( 9 )
  • June 2012 ( 4 )
  • May 2012 ( 10 )
  • April 2012 ( 1 )
  • March 2012 ( 12 )
  • December 2011 ( 7 )
  • November 2011 ( 5 )
  • October 2011 ( 1 )
  • July 2010 ( 1 )
  • November 2009 ( 1 )
  • October 2009 ( 1 )
  • July 2008 ( 2 )
  • June 2008 ( 1 )
  • March 2008 ( 1 )
  • August 2007 ( 2 )
  • July 2007 ( 20 )

Popular Posts

  • Cara Membungkus Kado Bentuk Kemeja
    Ini postingan ringan, barangkali ada yang ingin berkreasi dalam membungkus kado atau bingkisan tertentu. Bentuk kemeja ini lumayan unik dan ...
  • Naik Apa ke Lampung dari Surabaya ?
    Selama jadi anak kost di Surabaya, sering sekali teman-teman bertanya, kalau pulang naik apa ke Lampung? Jawabannya biasanya gini, ya kalau ...
  • Berani Bongkar, Beruntung Bisa Pasang ~ Membersihkan Fan Acer 4732Z
    Liburan lalu, beberapa kali, laptop ini mati tiba-tiba, biasanya pada saat memainkan game yang membutuhkan grafis tinggi. Sempat sangat khaw...
  • Beasiswa Short Course StuNed
    Setiap bertemu dengan orang Indonesia di Enschede biasanya ditanya, -master atau PhD ? terus dijawab, ndak, saya shortcourse saja 3 bula...
  • Yang Mana Yang Berkualitas?
    Saya masih ingat sekali, pelajaran dasar yang diberikan Gem Cheong di kelas Total Quality Management. Gem menampilkan dua gambar berikut di ...
  • Operasi Gigi Geraham Bungsu dengan Fasilitas Askes ( I )
    Setahun lalu, melihat hasil foto rontgen panoramik gigi, dokter gigi di Surabaya sudah mengingatkan sejak awal, Mbak..sebaiknya geraham bung...
  • Operasi Gigi Geraham Bungsu (III)
    Sudah diniatkan ditulis sejak lama, tapi semuanya berubah ketika negara api menyerang :) eh eh nggak ding, karena mengkambinghitamkan 'm...
  • Beasiswa Pelatihan ITEC/SCAAP ke India
    Kenapa India? Mau Berangkat lagi? S3 ya, berapa tahun? Ngapain ke India? Mau ketemu Shahrukh Khan? Salam ya buat Shaheer Sheikh India...
  • Edisi Jajan dan Cari Oleh-Oleh di Palembang
    Jum'at sampai Ahad, 29 Nov-1 Des kemarin menyempatkan jalan-jalan ke Palembang. Menu utamanya wisudanya Destroyer eh Destri ding, tapi t...
  • Membayar Pajak Kendaraan di Samsat Corner Mall Kartini Lampung
    Bertahun-tahun punya motor, saya jarang menitipkan urusan bayar kendaraan ke biro jasa, kecuali pas waktu sibuk sekali. Biasanya saya bayar ...

My Tweet

Tweets by @astriahijriani

Do Not think too much, say thanks to Allah for another wonderful day

Even your worst day, that's still 24 hours only


Created By SoraTemplates | By Gooyaabi Templates - copyright 2017 - edited by @hijriani