“Menulis itu menenangkan pikiran dan nurani yang nyeri.”
~ Helvy Tiana Rosa.
Buat saya menulis itu seperti bicara. Seperti halnya curhat yang katanya katarsis jiwa. Apaan sih katarsis? Katarsis adalah salah satu teknik untuk menyalurkan emosi yang terpendam, atau dengan kata lain adalah pelepasan kecemasan dan ketegangan yang ada didalam diri seseorang, misalnya dengan curhat atau menulis atau dengan tindakan seperti bersih-bersih hehehe. Saya nulis di blog, itu juga asalnya karena menumpahkan emosi jiwa #halah.
|
pic source www.prnewsonline.com |
Saya bukan orang yang banyak bicara. Lhaaa situ kan dosen?
Apa jadinya kelas kalau dosennya pendiam.
Iya, saya bicara di kelas, berjam-jam sehari malah. Jumlah mahasiswa di kelas juga tidak sedikit. Ada kelas yang sampai 90 an mahasiswa dalam satu kelas. Kadang jika sedang sangat banyak jam mengajar seharian, sampai rumah, saya bakal jadi pendiaam sekali, karena..saya lelah bicara #dalamartisebenarnya hehehe. Meski, saya bukan orang yang punya bakat berdebat, ada hal-hal yang tidak bisa tidak, harus dibicarakan. Ketika kita menginginkan perbaikan pada sistem dan lingkungan misalnya. Kalau kita tidak bisa membaca fikiran orang lain, maka orang lain juga tidak bisa membaca kemauan dan fikiran kita kan? Jadi mau atau tidak mau, harus bisa disampaikan.
Soal menyampaikan secara lisan, saya masih harus banyak belajar. Karakter lingkungan sejak kecil yang meledak-ledak, membuat bahasa saya minim basa-basi, kerap konfrontatif tanpa pemanis. Lengkap asamnya jika saat itu ekspresi wajah saya sedang tidak bersahabat. ^_^. Saat menyampaikan isi fikiran dalam bentuk tulisan pun, saya banyak belajar dari rekan-rekan yang menulis baik di status Fb maupun blogwalking. Menulis, berarti membuat jejak. Dan saya belajar membuat jejak yang baik. (Semoga, Aamiin).
Dari teman-teman di sekitar dan yang saya baca di dunia maya, saya belajar untuk menata tulisan. Postingan status dan blog yang galau nggak jelas dikurangi dan dicoba untuk disampaikan secara positif. Menggunakan pengalaman dan rangkaian kata untuk memberikan manfaat, pertama bagi diri sendiri, dan mudah-mudahan bagi orang lain. Tidak perlu memaksakan bahwa semua orang akan menganggap secara positif. Ada satu dua mungkin banyak suara sumbang dan merdu yang akan bilang, misalnya... Ah, cuman jalan-jalan gitu ngapain ditulis, atau sombong amat sih, baru ke Belanda diongkosin aja segitu bangganya, pamer gitu maksudnya, masakan belum tentu enak ngapain di sharing ^_^.
Rasa asem, saat dikritik ini dan itu karena tulisan, rasanya tidak seberapa saat ada orang yang mendapat manfaat dari apa yang kita tuliskan. Tidak satu dua kali, saya mendapatkan teman dan kenalan baru karena postingan di blog. Saya merasa berbahagia, padahal blog itu tidak saya kelola dengan baik, ternyata masih ada yang membaca. Blog itu masih mengikuti mood pemiliknya yang naik turun, seharusnya saya lebih rutin menulis. Yang mendapatkan manfaat ketika membuat tulisan di blog, sebenarnya saya sendiri. Susunan kata-kata yang dituliskan itu benar-benar dapat mengurangi penat di kepala saya. Kadang, ada hal-hal yang tidak dapat kita sampaikan dengan curhat, ide dan emosi yang tidak bisa diredam hanya dengan bersih-bersih rumah, memasak atau membuat handycraft. Jadi menulis bisa menjadi salah satu katarsis yang berguna.
Jadi, keep positive.
Jadi, tetaplah menulis.
Jadi, mohon maaf jika timeline FB atau Twitter Anda akan dihiasi link ke blog saya.
Mudah-mudahan bisa memberi manfaat.
Jadi buat postingan ini kenapa nih?
Hmmm sedang bingung, menulis proposal penelitian dan pengabdian hehehe.