Saya cuma punya dua kata buat menggambarkan semester genap 2014/2015 tahun ini... LUAR BIASA..
Kalau semester kemarin, reviewnya tentang apa yang dilakukan di semester tersebut, maka tulisan ini akan berisi hmmm momen-momen yang patut didokumentasikan , ada yang menyenangkan, ada yang (dulu ) mengesalkan, bikin emosi naik turun dan seterusnya. Sebagian besar terjadi karena tingkat konsentrasi saya yang memang akhir-akhir ini parah. Kurang melatih multitasking, sehingga terjadi hal-hal unik yang jelas jadi kenangan. Saya tidak melihat kejadian-kejadian yang akan saya sebutkan sebagai kesialan, setelah difikir-fikir yang terjadi adalah hal-hal yang bisa jadi kenangan yang lucu. Katanya tertawa itu obat terbaik (menghibur diri).
Salah satunya pelupa. Riska sering sekali kecewa kalau ngajak saya ngobrol di chat, dia tulis kapan eh dijawab bisa besoknya atau besoknya lagi. Itu berlaku di WA, di message FB maupun BBM. Salah kirim email, salah kirim sms, salah forward sms juga pernah terjadi. Malah kadang, chat sama siapa, eh nulisnya ke siapa he he he. Nah beberapa yang saya tulis ini adalah yang menurut saya agak parah.
1. Beli pulsa telpon sejuta.
Berapa maksimum pulsa telpon yang pernah Anda beli? Nah awal semester kemarin saya berkesempatan menghabiskan isi rekening gaji saya dengan membeli pulsa telpon. Saat memilih nominal angka pada tahapan internet banking, saya tidak memperhatikan jumlah angka nol. Perasaan sih itu hanya seratus ribu. Dua hari kemudian, saya merasa Indosat sedang bercanda dengan memberi saya info pulsa telpon sebanyak 950 ribu. Saat memeriksa history transaksi, oo ow.. ternyata salah klik pilihan angka nol. Setidaknya dengan begitu, saya membuktikan bahwa saya bisa jualan eh lebih tepatnya sedikit memaksa dan memohon orang-orang di sekitar saya untuk membeli pulsa dengan cara mentransfer nominal pulsa ke sesama Indosat. Terutama buat Dani, yang jadi konsumen utama yangterpaksa ikhlas, bersedia membeli pulsa, thank you very much deh
2. Jatuh dari motor.
Mengingat kejadian jatuh ini, saya tidak habis fikir. Kecepatan normal, dan sebenarnya saya dan orang yang di jalan sama-sama menghindar. Si kakek dan cucunya menghindar ke sisi kanan, saya menghindar ke sisi kiri. Jatuhnya sih sama seperti jatuh yang lain hahaha sakit. Posisi kaki saya tertimpa motor Vario yang lumayan beratnya mulai dari mata kaki ke telapak kaki. Setelah si kakek dan anaknya berusaha keras mengangkat motor pun, saya tidak sanggup bergerak, saya duduk cukup lama di jalan Perumahan Kampung Eldorado sampai akhirnya ada ibu-ibu yang membantu saya berdiri.
Melirik kaki sambil nyengir, feeling saya langsung bilang, aduh pasti terkilir nih.. Dan saya tidak sempat meringis kesakitan, karena si Kakek, berkali-kali bilang ke saya, telpon suaminya mbak, suruh jemput saja. Beliau juga menasehati supaya tidak apa-apa telpon, pasti suaminya mengerti Aduh Kek, saya mesti jawab apa, akhirnya saya cuma tertawa.. Padahal saat itu ada seorang Ibu yang sedang,mengurut kaki saya di tempat (padahal beliau bukan tukang pijat haha bayangkan rasanya) dengan balsem.
Dan pada kenyataannya, hasil dari jatuh itu, Alhamdulillah..hanya bagian tersebut yang cedera. Ada lecet sedikit di jari pun tidak terasa, karena sakit di kaki lebih mendominasi. Sampai di rumah, setelah dijemput, keponakan saya dengan santainya menirukan saya yang turun dari mobil dan melompat-lompat dengan satu kaki.. Aku bisa Amah, aku bisa.!!! dan dia pun keliling rumah dengan menirukan saya melompat-lompat. Ya ampun nak, ini bukan sedang main taplak.
Efek terkilirnya ternyata lumayan, lebih dari sepekan, saya harus mengandalkan dua benda ini untuk beraktifitas, termasuk ke kampus.
Yang pernah ke kampus Unila tentu tahu, fasilitas untuk orang difable sangat kurang, naik turun tangga, pindah kelas, pindah gedung dan seterusnya membuat si kaki tidak bisa sembuh dengan cepat. Dan dengan pede-nya saat itu saya menerima menemani mahasiswa studi lapangan ke Jogja hahaha dengan fikiran mungkin saat itu sudah sembuh. Alhamdulillah, meski dengan kecepatan yang seadanya, si kaki bisa dibawa dari Parangtritis, Beringharjo dan juga masih jalan keliling Borobudur.
3. Daftar beasiswa pelatihan ke India
Saya nyengir, waktu Riska menelpon saya dan bilang, ya ampun mbak, waktu kamu itu bener-bener dimanfaatkan dengan baik ya, digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Ha ha ha that's not the real story untuk beasiswa pelatihan ke India ini.
Jadi cerita singkatnya, untuk liburan semester genap, saya sudah menyiapkan planning pekerjaan, tracer alumni, borang akreditasi dan seterusnya. Tapi, rencana tinggallah rencana hehehe Allah lebih tahu rencana terbaik. Apa yang saya inginkan, tidak sejalan dengan apa terjadi. Mungkin memang ada orang-orang lain yang lebih berhak untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut.
Meski ada rasa marah, karena tidak disampaikan sejak setahun lalu (berarti memang harus belajar ikhlas untuk pekerjaan setahun terakhir), rasa kecewa juga ada, mungkin saya dianggap belum memiliki kapasitas yang sesuai dengan harapan, mungkin saya masih harus belajar lagi. Saya belajar banyak dari orang-orang lain yang kerap bertanya dan konsultasi dengan saya selama ini.
Yang menyedihkan, saya harus belajar lebih diam, saya tidak bisa mengimplementasikan apa yang saya pelajari, pahami dan bahkan sampaikan kepada orang lain, di tempat saya bekerja..whatever.. yang terjadi sudah terjadi. Saat perasaan campur aduk itu, saya menyadari berarti waktu liburan panjang ini saya tidak punya aktifitas utama. Mau jalan-jalan, dana sudah dihabiskan untuk tembok rumah dan tirai pintu jendela ha ha ha, jadi saya teringat pengumuman beasiswa ITEC/SCAAP. Alhamdulillah, prosesnya sangat cepat, saya memilih course yang memang sesuai dengan waktu liburan semester.
Beasiswa ini sudah saya baca sejak sebelum ke Belanda, tapi saat itu sambil lalu, pernah saya share juga linknya di Wall. Di Belanda, seorang teman dari Nepal, Min Kumar Ojha, juga pernah mendapatkan beasiswa ITEC. Dan Desember 2014 saya juga apply beasiswa ITEC (untuk mengisi liburan semester ganjil 2014/2015) tapi tidak ada jawaban dari pihak kedutaan. Itu sebabnya kemudian saya pergi ke Bandung, Dieng, Jogja dan Solo pada saat itu.
Yang mengejutkan, sepekan setelah saya daftar beasiswa, saya langsung mendapatkan reply bahwa saya masuk ke tahap 2 seleksi, tidak sampai dua pekan kemudian, pihak Kementrian India memberikan notifikasi menerima beasiswa. Dan sepekan kemudian Kedutaan India di jakarta mengirimkan email yang berisi surat penerimaan beasiswa. Tahapan pendaftaran beasiswa ITEC/SCAAP ini akan saya buatkan tulisan terpisah.
Ada tahapan panjang untuk pengurusan administrasi, ijin dari Dekanat, Rektorat, pengurusan visa dan seterusnya, tapi pada akhirnya semua berjalan baik.
4. Hectic Ways from Lampung to Mumbai
Empat hari sebelum berangkat, saya full di kampus, menyelesaikan hal-hal yang mungkin bisa diselesaikan. Bimbingan skripsi, TA dan seterusnya. Saat berangkat tidur, saya benar-benar kehabisan tenaga. Yang paling hectic jelas H-1. Berbagai hal dari to do list harus dihapus.
a Hectic Day means..
Tidur hanya 2 jam, berangkat jam 6.20 dari rumah, menunggu di Soetta sekitar 5 jam, berlari di Changi, dari Gate A8 ke antrian imigrasi, ambil koper, lari ke tempat check in Jet Airways, lari ke Imigrasi dan in rush ke Gate A17 dengan skytrain. Dan jam 00. 40 pagi waktu Mumbai (beda 2,5 jam dengan Indonesia berarti 3.20 WIB) akhirnya ketemu dengan kamar hostel.
Alhamdulillah...
All praise to God, rencana Allah selalu baik. Allah menjaga saya untuk tidak emosi berkepanjangan, dan juga menjaga orang-orang di sekitar supaya lebih tenang ha ha ha tukang protesnya pergi jauh, jadi mereka juga bisa liburan.
Saya pengen liburan, gak punya dana, dan Allah memberi kesempatan beasiswa (plus banyak jalan-jalannya) dengan cara ini. Saya juga harus berterimakasih kepada Ibu, yang sekali lagi bersedia ditinggal, team support, keluarga mbak, mbak mila, temen-temen kantor yang ikhlas saya liburan (ditinggal dengan banyak pesanan), pengurus administrasi ijin, mahasiswa bimbingan yang diminta cepat selesai (kalau nggak ganti pembimbing atau tunggu saya pulang September), dan semua pihak yang memudahkan perjalanan ini hehehe.
Semoga, perjalanan 8 pekan di India ini membawa manfaat. Aamiin.
Kalau semester kemarin, reviewnya tentang apa yang dilakukan di semester tersebut, maka tulisan ini akan berisi hmmm momen-momen yang patut didokumentasikan , ada yang menyenangkan, ada yang (dulu ) mengesalkan, bikin emosi naik turun dan seterusnya. Sebagian besar terjadi karena tingkat konsentrasi saya yang memang akhir-akhir ini parah. Kurang melatih multitasking, sehingga terjadi hal-hal unik yang jelas jadi kenangan. Saya tidak melihat kejadian-kejadian yang akan saya sebutkan sebagai kesialan, setelah difikir-fikir yang terjadi adalah hal-hal yang bisa jadi kenangan yang lucu. Katanya tertawa itu obat terbaik (menghibur diri).
Salah satunya pelupa. Riska sering sekali kecewa kalau ngajak saya ngobrol di chat, dia tulis kapan eh dijawab bisa besoknya atau besoknya lagi. Itu berlaku di WA, di message FB maupun BBM. Salah kirim email, salah kirim sms, salah forward sms juga pernah terjadi. Malah kadang, chat sama siapa, eh nulisnya ke siapa he he he. Nah beberapa yang saya tulis ini adalah yang menurut saya agak parah.
1. Beli pulsa telpon sejuta.
Berapa maksimum pulsa telpon yang pernah Anda beli? Nah awal semester kemarin saya berkesempatan menghabiskan isi rekening gaji saya dengan membeli pulsa telpon. Saat memilih nominal angka pada tahapan internet banking, saya tidak memperhatikan jumlah angka nol. Perasaan sih itu hanya seratus ribu. Dua hari kemudian, saya merasa Indosat sedang bercanda dengan memberi saya info pulsa telpon sebanyak 950 ribu. Saat memeriksa history transaksi, oo ow.. ternyata salah klik pilihan angka nol. Setidaknya dengan begitu, saya membuktikan bahwa saya bisa jualan eh lebih tepatnya sedikit memaksa dan memohon orang-orang di sekitar saya untuk membeli pulsa dengan cara mentransfer nominal pulsa ke sesama Indosat. Terutama buat Dani, yang jadi konsumen utama yang
2. Jatuh dari motor.
Mengingat kejadian jatuh ini, saya tidak habis fikir. Kecepatan normal, dan sebenarnya saya dan orang yang di jalan sama-sama menghindar. Si kakek dan cucunya menghindar ke sisi kanan, saya menghindar ke sisi kiri. Jatuhnya sih sama seperti jatuh yang lain hahaha sakit. Posisi kaki saya tertimpa motor Vario yang lumayan beratnya mulai dari mata kaki ke telapak kaki. Setelah si kakek dan anaknya berusaha keras mengangkat motor pun, saya tidak sanggup bergerak, saya duduk cukup lama di jalan Perumahan Kampung Eldorado sampai akhirnya ada ibu-ibu yang membantu saya berdiri.
Melirik kaki sambil nyengir, feeling saya langsung bilang, aduh pasti terkilir nih.. Dan saya tidak sempat meringis kesakitan, karena si Kakek, berkali-kali bilang ke saya, telpon suaminya mbak, suruh jemput saja. Beliau juga menasehati supaya tidak apa-apa telpon, pasti suaminya mengerti Aduh Kek, saya mesti jawab apa, akhirnya saya cuma tertawa.. Padahal saat itu ada seorang Ibu yang sedang,mengurut kaki saya di tempat (padahal beliau bukan tukang pijat haha bayangkan rasanya) dengan balsem.
Dan pada kenyataannya, hasil dari jatuh itu, Alhamdulillah..hanya bagian tersebut yang cedera. Ada lecet sedikit di jari pun tidak terasa, karena sakit di kaki lebih mendominasi. Sampai di rumah, setelah dijemput, keponakan saya dengan santainya menirukan saya yang turun dari mobil dan melompat-lompat dengan satu kaki.. Aku bisa Amah, aku bisa.!!! dan dia pun keliling rumah dengan menirukan saya melompat-lompat. Ya ampun nak, ini bukan sedang main taplak.
Efek terkilirnya ternyata lumayan, lebih dari sepekan, saya harus mengandalkan dua benda ini untuk beraktifitas, termasuk ke kampus.
Yang pernah ke kampus Unila tentu tahu, fasilitas untuk orang difable sangat kurang, naik turun tangga, pindah kelas, pindah gedung dan seterusnya membuat si kaki tidak bisa sembuh dengan cepat. Dan dengan pede-nya saat itu saya menerima menemani mahasiswa studi lapangan ke Jogja hahaha dengan fikiran mungkin saat itu sudah sembuh. Alhamdulillah, meski dengan kecepatan yang seadanya, si kaki bisa dibawa dari Parangtritis, Beringharjo dan juga masih jalan keliling Borobudur.
3. Daftar beasiswa pelatihan ke India
Saya nyengir, waktu Riska menelpon saya dan bilang, ya ampun mbak, waktu kamu itu bener-bener dimanfaatkan dengan baik ya, digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Ha ha ha that's not the real story untuk beasiswa pelatihan ke India ini.
Jadi cerita singkatnya, untuk liburan semester genap, saya sudah menyiapkan planning pekerjaan, tracer alumni, borang akreditasi dan seterusnya. Tapi, rencana tinggallah rencana hehehe Allah lebih tahu rencana terbaik. Apa yang saya inginkan, tidak sejalan dengan apa terjadi. Mungkin memang ada orang-orang lain yang lebih berhak untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut.
Meski ada rasa marah, karena tidak disampaikan sejak setahun lalu (berarti memang harus belajar ikhlas untuk pekerjaan setahun terakhir), rasa kecewa juga ada, mungkin saya dianggap belum memiliki kapasitas yang sesuai dengan harapan, mungkin saya masih harus belajar lagi. Saya belajar banyak dari orang-orang lain yang kerap bertanya dan konsultasi dengan saya selama ini.
Yang menyedihkan, saya harus belajar lebih diam, saya tidak bisa mengimplementasikan apa yang saya pelajari, pahami dan bahkan sampaikan kepada orang lain, di tempat saya bekerja..whatever.. yang terjadi sudah terjadi. Saat perasaan campur aduk itu, saya menyadari berarti waktu liburan panjang ini saya tidak punya aktifitas utama. Mau jalan-jalan, dana sudah dihabiskan untuk tembok rumah dan tirai pintu jendela ha ha ha, jadi saya teringat pengumuman beasiswa ITEC/SCAAP. Alhamdulillah, prosesnya sangat cepat, saya memilih course yang memang sesuai dengan waktu liburan semester.
Beasiswa ini sudah saya baca sejak sebelum ke Belanda, tapi saat itu sambil lalu, pernah saya share juga linknya di Wall. Di Belanda, seorang teman dari Nepal, Min Kumar Ojha, juga pernah mendapatkan beasiswa ITEC. Dan Desember 2014 saya juga apply beasiswa ITEC (untuk mengisi liburan semester ganjil 2014/2015) tapi tidak ada jawaban dari pihak kedutaan. Itu sebabnya kemudian saya pergi ke Bandung, Dieng, Jogja dan Solo pada saat itu.
Yang mengejutkan, sepekan setelah saya daftar beasiswa, saya langsung mendapatkan reply bahwa saya masuk ke tahap 2 seleksi, tidak sampai dua pekan kemudian, pihak Kementrian India memberikan notifikasi menerima beasiswa. Dan sepekan kemudian Kedutaan India di jakarta mengirimkan email yang berisi surat penerimaan beasiswa. Tahapan pendaftaran beasiswa ITEC/SCAAP ini akan saya buatkan tulisan terpisah.
Ada tahapan panjang untuk pengurusan administrasi, ijin dari Dekanat, Rektorat, pengurusan visa dan seterusnya, tapi pada akhirnya semua berjalan baik.
4. Hectic Ways from Lampung to Mumbai
Empat hari sebelum berangkat, saya full di kampus, menyelesaikan hal-hal yang mungkin bisa diselesaikan. Bimbingan skripsi, TA dan seterusnya. Saat berangkat tidur, saya benar-benar kehabisan tenaga. Yang paling hectic jelas H-1. Berbagai hal dari to do list harus dihapus.
a Hectic Day means..
Tidur hanya 2 jam, berangkat jam 6.20 dari rumah, menunggu di Soetta sekitar 5 jam, berlari di Changi, dari Gate A8 ke antrian imigrasi, ambil koper, lari ke tempat check in Jet Airways, lari ke Imigrasi dan in rush ke Gate A17 dengan skytrain. Dan jam 00. 40 pagi waktu Mumbai (beda 2,5 jam dengan Indonesia berarti 3.20 WIB) akhirnya ketemu dengan kamar hostel.
Alhamdulillah...
All praise to God, rencana Allah selalu baik. Allah menjaga saya untuk tidak emosi berkepanjangan, dan juga menjaga orang-orang di sekitar supaya lebih tenang ha ha ha tukang protesnya pergi jauh, jadi mereka juga bisa liburan.
Saya pengen liburan, gak punya dana, dan Allah memberi kesempatan beasiswa (plus banyak jalan-jalannya) dengan cara ini. Saya juga harus berterimakasih kepada Ibu, yang sekali lagi bersedia ditinggal, team support, keluarga mbak, mbak mila, temen-temen kantor yang ikhlas saya liburan (ditinggal dengan banyak pesanan), pengurus administrasi ijin, mahasiswa bimbingan yang diminta cepat selesai (kalau nggak ganti pembimbing atau tunggu saya pulang September), dan semua pihak yang memudahkan perjalanan ini hehehe.
Check in di Soetta |