Powered by Blogger.

Catatan Astri

I read, teach, travel, cook, learn new things, and write it

  • Home
  • My Words
  • IT 'n Science
  • Q-World
  • Oase
  • Let's Go!
    • Life at Enschede
    • Mumbai Story
    • Travelling
  • Ke Dapur
  • None Of Them

The place where i write some words

Postingan ini gegara chat seorang teman berbulan lalu yang bilang, mbak, dilihatlah start up usaha di Belanda, kali aja ada yang cocok buat dikembangkan di Indonesia. Kalau ada waktu senggang, saya sering mengamati dan sesekali browsing, bagaimana peluang yang ada mereka  wujudkan jadi bisnis yang menghasilkan. Bisnis sepeda ini salah satunya. Oh ya, bisnis sepeda ini kenaikannya sebanding dengan tingkat pencurian sepeda disini. 
Sepedanya warna-warni, so far yang pernah dilihat, orange, biru, hitam, merah

Katanya, negeri ini bike lovers. Gak sah rasanya, kalau datang kesini dan tidak mencoba naik sepeda. Daerahnya yang relatif datar dengan jalur sepeda yang jelas dipisahkan dengan mobil dan bis menambah banyak  kemudahan untuk bersepeda. Biasanya mahasiswa yang baru datang ke Belanda akan segera mencari info tentang sepeda baik beli yang second atau baru untuk mobilitas. Harga jelas bervariasi, tergantung kondisi sepeda, kalau beruntung, anda juga bisa mendapat sepeda gratis, peninggalan orang yang mungkin baik hati atau desperate dengan kondisi sepedanya. Kalau datang hanya hitungan hari, juga bisa menggunakan jasa penyewaan sepeda. 

Saya termasuk orang yang tidak membeli sepeda pada saat awal datang ke Belanda. Kenapa? pertama, karena kampus ITC terjangkau dengan jalan kaki, kedua karena datang pada saat musim gugur dan musim dingin yang lumayan panjang sehingga tidak nyaman untuk naik sepeda. Nah, masuk musim semi (setengah musim panas) tiba-tiba pengen sepedaan, maka saya teringat seorang tetangga kamar dari Chille yang bilang bahwa dia menyewa sepeda selama di Belanda. Orangnya hanya dua bulan di Belanda, dan setiap hari ke UT Campus dengan bersepeda. Saat kontak, si teman menyampaikan info bahwa ia menyewa sepeda dari swapfiets. 

Kenapa saya nggak beli sepeda second saja? Karena males hahaha. Kalau membeli sepeda, misal dapat yang murah meriah 50 Euro, maka saya tetap harus mengurus sepeda saat pulang nanti, menjual lagi dan seterusnya. Waktu di Belanda hanya sekitar 2-3 bulan, jadi naluri iseng saya, kemudian membawa saya ke website swapfiets https://swapfiets.nl/. Website  terlihat sederhana, FAQ nya lumayan jelas, dengan pilihan bahasa Dutch atau English. Untuk student mereka menawarkan diskon Omafiets menjadi 12 Euro/bulan dari harga semula 15 Euro/bulan. Dan mendaftarlah saya untuk order swapfiets. 

Kurang dari 10 jam, mereka kontak lewat telpon, kapan dan dimana bisa bertemu untuk antar sepedanya. Saya klik order pagi, sorenya mereka kontak. Dari Thomas, orang yang mengantar sepeda, mengatakan bisnis ini menggunakan sistem franchise. Cabangnya ada di 22 kota di Belanda, Belgia dan Jerman. Di Enschede saja, mereka sudah punya 700-an sepeda sejauh ini, padahal mereka masuk Enschede baru Agustus 2017 lalu. Saat bilang kalimat ini, ada nada bangga di suaranya. 

Perlengkapan untuk service dan setting sepeda cukup lengkap


Jadi, sepeda yang diantar, akan disesuaikan dengan tinggi si pemakai. Thomas membawa perlengkapan yang cukup untuk hal tersebut. Setiap kali ada kerusakan sepeda, kita tinggal telpon dan mereka akan datang, menggantinya dengan sepeda yang baru. Jika sepeda hilang (Semoga nggak ya Allah), maka kita kena denda 40/60 Euro sesuai dengan jenis kehilangan. Jenis kehilangan ini maksudnya, apakah sepeda sudah dirantai double atau belum, dan  setelah itu mereka akan mengganti dengan sepeda baru. Jadi intinya, biaya bulanan yang dikeluarkan kurang lebih seperti biaya maintenance sepeda. 

Administrasi didukung dengan aplikasi dan paperless 


Penyelesaian proses pembayaran dilakukan dengan aplikasi di ponsel. Thomas mencatat  rekening bank, memastikan kartu identitas penyewa dan pembayaran melalui rekening bank langsung.  Ia juga memastikan nomor rangka sepeda dan menyimpan di aplikasi. Done, sepeda siap dipakai. Konsep sewa ini, pernah juga saya coba waktu di Jogja, untuk sewa motor. Tapi memang untuk sistem harian, entah kalau sistem bulanan, saya belum pernah dengar. Disini sepeda memang bisa jadi transportasi utama. Jika datang dengan durasi short period, ide swapfiets ini lumayan menarik. 

Sejauh ini, permasalahan utamanya adalah berhenti. Iya, karena ini Omafiets, maka rem sepeda adalah dengan membalik putaran pedal. Dan, saya masih harus belajar buat nge-rem, terutama saat berhenti di lampu merah. 

Jadi, kira-kira cocok nggak ya buat diterapkan di Indonesia? 
(Sambil berfikir, kalau di Susunan Baru dengan kontur jalan yang naik ...hmmmm...)





Disclaimer : ini bukan postingan endorse atau promo, sekedar belajar menulis apa yang ada di kepala.

Enschede, 29 April 2018


Share on:

Foto diatas diambil dari salah satu majalah alumni disini, ITC NEWS. Momennya berasal dari event Opening Academic Programme, semacam acara resmi penyambutan mahasiswa baru yang diadakan September 2017 lalu. Mereka meminta kami untuk mengenakan national costume, itu sebabnya warna-warni pakaian khas dari setiap negara terlihat jelas di foto tersebut. Saat hardcopy majalah itu dibagikan ke mahasiswa, teman sekelas yang menunjukkan ke saya, dan bilang, hey astria you are one of the model here. Saya cuma bisa nyengir, kemudian teringat joke di Indonesia, yah setidaknya bukan model majalah Trubus :p (padahal Trubus kondang di seantero Indonesia ya)

Melihat cover itu saya memang tersenyum, karena menyadari satu hal, tanpa campur tangan Allah, semua ini tidak akan terjadi. Puluhan ribu aplikasi yang masuk, dan salah satu aplikasi coba-coba saya (coba-coba iseng yang direncanakan), terpilih, masuk dan saya sampai kesini.  Alhamdulillah for that. Tapi dibalik cerita senang bisa melihat salju, libur sementara dari urusan kantor, bertemu dengan teman dan orang baru, say hai dengan totally stranger everywhere, bisa jalan-jalan ke negara lain de el el dst, pengelaman diploma course ini benar-benar mengajarkan saya tentang banyak hal. Tentang berani belajar, tentang keinginan untuk belajar.

Sekitar sepuluh tahun yang lalu, saat belajar merumuskan tentang Total Quality Management(TQM) di Perguruan Tinggi, instruktur kami, Gem Cheong, pernah membahas hal ini. Dia bertanya hal yang sangat filosofis untuk pendidikan.
Gem : Astria, what do you think is the product of your education? your class? your teaching?
Me    : Degree..?
Gem  : hmm..
Me     : Bachelor, Diploma?
Gem   : i dont think so..
Me      : Alumni..?
Gem   : not really..
Me     : education programme?
Gem   : (she smiled and said)  I prefer to say, the product, the purpose, it should be the willingness to learn.  Your university area is in information technology, every day there will be new things, with everything you said to your students, it will become old knowledge in days, months or years. But with willingness to learn, everyone will have the enthusiasm to learn something whatever it is.

Saat itu sih, saya cuma mengangguk-angguk, sebagai dosen baru yang kemudian tiba-tiba belajar tentang TQM, saya mengiyakan semua ilmu baru yang masuk ke kepala. Bertahun kemudian kalimat-kalimat Gem, terlintas jelas, saat menonton film Three Idiots. Adegan saat Rancho ditantang untuk menjadi dosen, dan meminta seluruh kelas mencari sesuatu yang tidak ada di buku, menunjukkan bahwa willingness, keinginan, bisa menjadi motivasi yang sangat kuat untuk segala hal, termasuk untuk belajar.

Keinginan ini juga bisa berasal dari banyak alasan, entar rasa suka maupun rasa tidak suka. Bertahun-tahun mendengarkan curhat mahasiswa, baik yang bagus track recordnya, maupun yang harus diingatkan tentang jalan hidupnya di kampus ha ha (yang ini pengalaman pribadi saya sih), saya belajar banyak dari salah seorang temen saya yang cita-citanya jadi Hafidzoh (mungkin sekarang  sudah).  Saat sesi perkenalan kami, dia bercerita, saya sangat tidak suka dengan kuliah, karena cita-citanya ingin hafal Al Qurán, tapi demi menghargai saran keluarganya, dia tetap kuliah, sambil menghafal Al Qurán. Rasa tidak sukanya dengan pendidikan kampus membuat keinginannya jadi tekad yang bulat, gini- karena saya tidak suka, maka saya tidak boleh mengulang mata kuliah ini, saya harus lulus dengan cepat, saya gak boleh lama-lama di kampus. Dan teman saya berhasil mengubah energi tidak sukanya menjadi lulusan yang cum laude.

Setiap saya bercerita di kelas tentang hal ini, biasanya mahasiswa di kelas tersenyum dan mengangguk-angguk. Ya, kalau tidak suka dengan kelas saya, maka usahakan jangan mengulang di kelas saya, karena berarti tahun depan ketika mengulang, Anda akan ketemu lagi dengan saya. Kalau rasa tidak suka bisa menjadi energi untuk hal baik, apalagi kalau belajar sesuatu yang disukai, tentu teorinya hasilnya juga lebih baik kan?

Nah, kembali ke cerita kenapa tempat ini mengajarkan banyak hal. Sebagai pengajar, saya belajar bagaimana mereka berusaha mempersiapkan diri sebaik mungkin. Kelas untuk materi tersebut kadang seharian, jadi otomatis, selama seharian, persiapan untuk membuat kelas cukup menarik, memerlukan energi yang luar biasa. Disini anda harus lebih hebat dari komika, karena stand up comedy mungkin hitungannya menit, sedang kelas seharian berarti perhatian audiens harus fokus dalam jangka waktu yang jauh lebih lama.

Sebagai mahasiswa, saya bertemu teman-teman yang luar biasa. Bahkan ada yang bisa serius main game sekaligus serius belajar pada saat bersamaan. Yang mencatat ulang semua materi di buku catatan dengan detail. Yang mencatat di semua slide dengan sangat rapi. Yang bisa menjelaskan kalkulus dengan cara yang sederhana (dan kemudian saya tertegun, karena waktu saya kuliah S1, saya gak tahu cara itu). Yang sabar menghadapi teman-temannya dari berbagai negara dengan habit dan keinginan yang berbeda-beda. Yang bisa punya curiousity luar biasa, hingga selalu bertanya dan punya pertanyaan.

Willingness to learn, berarti kita melewati fase berani belajar. Berani belajar berarti kita harus berani menghadapi kenyataan kalau kita ternyata tidak bisa eh belum bisa. Beberapa waktu lalu, ada materi tentang Tranformation Design, yang intinya kita membuat use case dan class diagram. Sesuatu yang sudah lama kita merasa bisa pun, ternyata ada momen "Ooo ternyata begini caranya..". Berani untuk menghadapi kenyataan, baiklah ternyata harus mengulang ujian. Berani untuk bilang ke diri sendiri di setiap malam ujian ( karena kadang masih muncul pertanyaan ke diri sendiri, ngapain sih saya susah-susah gini ha ha )
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Jika engkau tak tahan lelahnya belajar, engkau akan menanggung perihnya kebodohan
Yang ini quote dari Imam Syafií bukan saya.

Belajar tidak harus sesuatu yang rumit. Beberapa minggu lalu saya baru saja menguji keberanian saya belajar sesuatu yang sederhana, tapi jadi masalah terbesar dalam hidup saya, yaitu... minum tablet/pil dengan air minum. Iya, saya gak bisa! Jadi selama puluhan tahun ha ha saya selalu menelan dengan bantuan makanan (sesuatu yang dikunyah). Beberapa minggu lalu, saya iseng minum vitamin, bentuknya tablet, dengan air minum, dan ternyata saya bisa!

Jadi selama ini, saya cuma takut saja untuk mencoba. Memang yang ini gak pahit sih he he tapi disitu ada momen "Ooo"-nya saya sesaat.

Balik ke belajar, kalau masih belum bisa, ya coba lagi, browsing, tanya teman, tanya dosen.
Belum bisa juga? tutup buku dan laptop, tidur, besok coba lagi.

Enschede, 11 Maret 2018, 12:17 PM
Sedang menimbang, apakah saya harus mencoba minum obat sakit kepala dengan air atau dengan makanan?  #migrainberat #randompost
Share on:
Pertama kali bikin menu ribs, karena pengen nyobain panci presto. Kalau di Indonesia menu ini termasuk mahal (buat ASN golongan saya sih), secara harga ribsnya emang mahal mentahnya. Karena mahal itu, jadi belajar bikin sendiri hahaha. Berkali-kali masak ribs, tapi belum ngerasa pas, eat-able sih, tapi kadang terlalu alot menurut saya, atau  empuk tapi rasa rendang atau semur bumbunya.

Jadi tergoda nyoba lagi disini karena lihat lamb ribs di supermarket yang harga sekilonya lebih murah dari menu satu porsi ribs di restoran. Satu porsi ribs disini sekitar 12-15 Euro (kayaknya). Lamb ribs, sekilo sekitar 6 Euro.  Tetep ya prinsip hemat karena jadi mahasiswa dengan beasiswa yang seadanya. Hmm karena gak ada panci presto disini, jadi memasaknya pakai sabaaaar (banget). Dengan panci seadanya, masak gak pakai api besar, si daging harus sampai agak terlepas dari tulangnya dan gak boleh hancur. Trial pertama eat-able tapi bau kambingnya masih terasa menurut saya. Terus beberapa minggu  karena pas lagi punya Hoisin sauce, saya kemudian nemu resep lagi disini, yang foto recooknya menggoda. And menurut saya trial kedua ini enak ha ha (memuji masakan sendiri). Gak bisa dibandingkan dengan Dar el Maghreb sih, but for sure, jadi makanan favorit saya selain tumis tempe dan sambal udang.

Nah, resepnya sedikit dimodifikasi karena saya gak pake wine. Oh ya Cooking time dua hari ya guys (sabar banget kan, nungguin ribs nya mateng)

lamb ribs fresh from the oven
Bahan Utama:
1 Kg Ribs ( saya pakai lamb)

Bumbu Marinate:
Lada hitam secukupnya
2 sendok makan Olive oil
Garam secukupnya
5 lembar daun salam
4 Cabe merah (haluskan/ atau kemaren saya pake cabe bubuk, karena pas gak punya cabe)
150 mL Hoisin Sauce (beli botolan di sini)
2 Butir bawang bombay (haluskan)
3 sendok makan bawang putih (haluskan)
6 sendok saus tomat
5 sendok brown sugar atau kecap manis (kemarin pakai bango)

Cara Membuat:
1. Campur semua bumbu marinate  sampai rata
2. Masukkan ribs, ratakan ke seluruh bagian, masukkan ke plastik. bisa pakai yang ada zip locknya. Tujuan pakai plastik, supaya seluruh bumbunya merata. Kalau pakai mangkok kan bumbu akan turun dan kita harus aduk-aduk. Nah, kalau pakai plastik, ratakan bentuknya hingga pipih, jadi otomatis ribs akan terendam bumbu selama di plastik.
3. Masukkan ke kulkas (bawah freezer) selama minimal 6 jam. Ini yang bikin enak kayaknya. Nah, karena bikinnya disambi sekolah, kemarin di kulkas sampai sekitar 17-18 jam, karena kuliah seharian. Jam 11 an malam masuk kulkas, jam  6/7 malam baru dikeluarkan.
4. Keluarkan dari kulkas, tambah air, rebus dengan api sedang/kecil, sampai daging ribs bisa terlepas dengan mudah dari tulangnya. Cicip untuk kadar asinnya, tambah garam sesuai selera
5. Usahakan rebus dengan panci anti lengket. Pada saat daging terlepas dari tulang, tidak bisa dibolak-balik, jadi kalau pakai panci biasa, maka akan ada bumbu yang gosong. Kalau punya presto, ya presto aja kali ya
6. Bumbu marinate yang dipanci jangan dibuang, bisa ditambah maizena untuk bumbu siram ribs, bisa buat masak yang lain, dimakan pakai nasi aja juga enak (katanya yang nyicip)
7. Setelah itu grill/oven ribs sampai agak kecoklatan. Gak lama prosesnya, sekitar 5-10 menit. Kalau di grill mungkin bisa sambil diolesi bumbu sisa marinate
8. Siap untuk dihidangnya

Karena buatnya sambil masak yang lain-lain, saya jadi lupa mau foto food plating dengan benar. Dan juga yang nyicip, sudah menunggu, jadi segera habis tak bersisa. Satu-satunya foto waktu keluar dari oven. Nanti kapan-kapan kalau sempat masak lagi, diupdate fotonya.


Share on:
Rabu lalu, 7 Februari 2018, ada event tahunan yang dilaksanakan di ITC, yaitu MSc Research Fair. Mungkin untuk mahasiswa ITC, event ini biasa saja, memang rutin dilaksanakan setiap tahun. Tapi kalau dilihat dari manajemen perguruan tinggi, acara ini punya andil yang cukup besar untuk perjalanan menjaga sustainability penelitian di kampus, yang tidak semua perguruan tinggi bisa melakukan manajemen dengan teratur seperti ITC. Mungkin perguruan tinggi lain juga punya cara masing-masing dan mungkin lebih baik, tapi karena yang didepan saya ITC, saya cerita tentang ITC.

Jadi di MSc Research Fair, ada dua sesi. Sesi pertama adalah sesi presentasi kelompok riset di auditorium. Sesi kedua, pameran poster dan tanya jawab di tempat tentang tema penelitian dengan PJ yang tersedia di lokasi.

Sesi pameran poster dan diskusi, sayang lokasinya kurang luas
Sesi presentasi dari research group

Selain tema-tema penelitian yang menarik, secara manajemen, runtutan event ini, menurut saya, menjadi alasan kenapa kampus-kampus disini bisa secara konsisten menjaga 'hidupnya' kelompok penelitian. Dilihat dari beban mengajar, hasil obrolan ringan dengan dosen-dosen yang ada disini, hampir sama dengan di Indonesia, cukup banyak juga jam mengajarnya.

Sampai dengan tahun ini, ITC memang tidak punya bachelor degree. Jadi beban mengajar yang dimaksud adalah kelas untuk shortcourse (pelatihan singkat), diploma, postgraduate diploma, master course, refresher course, dan PhD. Yang menjadi penggerak utama untuk flow mahasiswa adalah kelas master. Kelas master ini menggunakan sistem blok dengan sebutan modul.  Satu modul adalah 3 pekan dengan exam dan assignment di tengah atau akhir modul. Sebagai contoh, berikut adalah modul yang diambil mahasiswa Geoinformatics.
1. Modul 1-3 : modul wajib, diikuti bersama seluruh mahasiswa satu tahun masuk
2. Modul 4 : Database dan Programming
3. Modul 5 : Spatial Data Quality
4. Modul 6 : Spatial Data Modelling and Processing
5. Modul 7 -8 : Acquisition of Processing and Database
6. Modul 9-10 : Geovisualization and Web Dissemination
7. Modul 11 : Research Skill
8. Modul 12-13: Advanced Topic
9. Modul 14-15: Research Proposal
10. Modul 16-23: MSc Research

Di awal perkuliahan, mahasiswa sudah diberitahu kapan tanggal wisuda untuk dua tahun ke depan, lebih tepatnya 18 bulan ke depan. Praktis, perkuliahan hanya libur untuk winter break (Christmast) dan Easter break. Mulai penerimaan 2018 ini, sistemnya sedikit berubah jadi quartal dan punya summer break, tapi saya yakin  ITC pasti sudah punya strategi untuk hal tersebut. Dan, ancaman Drop-out nya real. Nilai lulus minimal 6 setiap modul, satu kali kesempatan mengulang setiap modul. Seminar proposal tidak lulus mungkin pulang dan seterusnya. Kadang kalau memikirkan ini, saya heran sendiri, kenapa saya tetap balik ke ITC (lagi) dan menganggapnya liburan yang menyenangkan hahaha.

Ok, balik ke proses riset.
1. Di Modul 4/5, setiap mahasiswa master mendapat email untuk mulai searching tema penelitian di katalog yang tersedia. Ada daftar panjang tema dan penjelasannya serta siapa PJ riset tersebut.
2. Di Modul 6,  Februari, mahasiswa di ajak untuk mengikuti MSc Research Fair, dan bertanya langsung tentang tema yang mungkin diminati mahasiswa. Ini lingkupnya fakultas jadi semua mahasiswa seluruh departemen diundang hadir.
3. Di Bulan Maret dan April, akan ada pemaparan lagi dengan mengundang PJ riset di internal departemen dan mahasiswa bisa berdiskusi lagi tentang tema-tema yang mungkin diinginkan
4. Judul dari inisiatif mahasiswa juga diperbolehkan, setelah ada justifikasi bahwa judul tersebut layak untuk diangkat menjadi tesis (menurut cerita teman yang berkali mengajukan tema sendiri, saringannya lumayan he he). Tema baru, yang unik dengan metode menarik, jelas bukan hal yang gampang.
5. Mahasiswa nantinya akan submit judul tema yang diminati, saya lupa, dua atau tiga pilihan. Asumsinya nanti, akan ada penyesuaian, karena  jumlah mahasiswa yang dibimbing setiap dosen juga dibatasi, supaya berimbang dan semua mahasiswa mendapat perhatian.
6. Ada tiga proses presentasi tesis, seminar proposal, presentasi progres dan akhir. Yang ini mirip dengan di Indonesia sih. Mahasiswa master yang tidak bisa sampai tesis dan hanya menyelesaikan modul perkuliahan tetap ditawarkan untuk mendapatkan sertifikat, tapi hanya postgraduate diploma.

Mahasiswa berdiskusi tentang tema riset tertentu

Terlepas dari prosesnya yang dekat dengan sistem gugur, beberapa bilang menyeramkan (iya sih), beberapa hal yang jelas dari sistem manajemen disini adalah.

1. Flow in dan out mahasiswanya jelas. Kecuali anda jenius, silahkan coba belajar sistem kebut semalam, maka anda pusing sendiri. Kuliah dan struktur materinya memang banyak, buanyak banget malah, tapi sistematis. You just need to be patient, in a class, from 8.45 to 17.30 (sometime), then for sure all the practicals, lecture and assignment were really-really worth to know. Btw, Exam still nightmare in all of the way  ^_^.

Tidak ada mahasiswa abadi, tidak ada mahasiswa yang menghilang tiba-tiba, kemudian muncul dua semester kemudian dan seterusnya. Tidak ada kesulitan  menghitung mahasiswa aktif, tidak ada kesulitan mencari tahu mahasiswa ini drop-out atau cuti dan sebagainya. Kalau anda pernah mengerjakan borang akreditasi di Indonesia, maka jelas sekali point tentang statistik  standar 3 mahasiswa ini akan terisi dengan data real, tanpa manipulasi.

2. Mahasiswa mandiri. Tidak ada presensi, tidak ada point kehadiran. Assignment yang disubmit, diperiksa dengan software plagiarism check. Disini, you fight for yourself. Dosen dan teman-teman lain sangat membantu, kalau mau belajar bareng ya ayo. Sejauh ini, saya belum pernah menemukan Dosen atau teman sekelas yang menolak untuk menjawab pertanyaan 'gak mudeng' saya tentang kalkulus, coding atau statistik misalnya.

3. Urutan untuk mengajak mahasiswa mulai berfikir tentang penelitian cukup berjenjang. Mahasiswa diberi trigger tentang tema  penelitian sejak modul 4/5. Diberi penjelasan saat modul 6. Meski, saya yakin sebagai mahasiswa, bahkan sampai modul 12-13 saat harus submit pilihan pun masih bingung, ini sebenarnya mau ngapain, tapi mahasiswa benar-benar diajak 'have to think' tentang pilihannya sejak awal.

4. Tema penelitian memang update setiap tahun. Ada yang ditarik, ada yang baru yang diajukan. Pekan lalu, salah seorang dosen bahkan  bilang, beliau menarik tema, tentang membuat game untuk meneliti behaviour manusia, karena berkali-kali ditawarkan tidak ada yang berminat. Hampir semua tema penelitian, berada dalam kerangka research framework department/group riset. Mungkin tidak semua tema akan ada mahasiswa yang mengerjakan, tapi setidaknya, lima puluh persen mahasiswa akan cenderung mengerjakan sesuatu yang telah ada kerangkanya daripada sesuatu yang dimulai dari nol.  Ini yang di awal saya sebutkan, sustainability penelitian. Dalam hal ini, standar 6 dan 7 akreditasi tentang penelitian jelas selesai.

5. Dampak penelitian menjadi perhatian. Modul yang sekarang saya ikuti modul 6, adalah tentang agent based modelling. Salah satu tugasnya, adalah membuat ide tentang studi kasus agent based modelling dengan tambahan learning algorithm, bisa neural network, genetic algorithm atau celular automata. Dalam salah satu sesi practical untuk assignment tersebut, berkali-kali supervisor di kelas (dosen dan mahasiswa PhD) menanyakan, masalahnya apa? apa faktor yang bisa merubah? apa solusinya dengan metode tersebut? beneran bisa membantu?

Bahkan untuk ide tugas pun, mahasiswa diajak untuk latihan, ini ngapain ya saya ngusul ide ini. Beneran gak sih metodenya bisa bantu dll dsb. Beberapa penelitian tesis mahasiswa juga punya dampak langsung yang bisa diimplementasikan, didemokan ke khalayak  (ini point untuk kegiatan pengabdian kalau di Indonesia).  Mahasiswa PhD jelas ada option tentang target publikasi. Beberapa mahasiswa Master,  juga diikutkan dalam kegiatan publikasi, conference dll.

Untuk melakukan hal terstruktur seperti ini gak mudah, ha ha ha. Semua komponen harus bisa bersinergi, dosennya terutama, karena prepare tema, promosi tema, menjaga konsistensi isi tema sesuai dengan research framework yang disepakati, nah itu masih pe-er yang belum terselesaikan. Ya, kita... eh saya, masih harus belajar banyak.

Oh ya, cerita tentang tesis diatas based on cerita dan wawancara dari teman di sekitar. Kalau ada yang masih salah, nanti saya edit lagi. Saya kebetulan tidak ikut program master di ITC, tapi postgraduate diploma. Jadi, saya ikut perkuliahan dari modul 1 sampai 10, kemudian final assignment, semacam project, di modul 11 dan 12.

Sejauh ini, kuliahnya benar-benar menarik. Untuk ide final assignment, beberapa ide sudah ada di kepala hasil ikut MSc Research Fair, mudah-mudahan do-able (istilahnya Wan Bakx), karena waktu pengerjaan final assignment hanya 4 pekan. Semoga aja, jadi jalan buat lanjut PhD. Aamiin.

Enschede, 11 Februari 2017
Share on:

Buat orang yang lagi ikut diet keto, camilan ini must-to-try. Rasanya benar-benar seperti....cheesecake hahaha. Well, saya gak sedang diet keto disini, karena cari lemak yang halal benar-benar susah, lebih sering bisanya meminimalisir asupan karbo saja.

Sebenarnya mau nyoba buat cheesecake ini sejak pekan kemarin, tapi malesnya banget-banget. Jadi, pagi tadi, baru sempat. Oh ya resepnya dapat dari link andalan, cook pad :p. Bahannya  mudah diperoleh dan proses membuatnya dari bahan sampai adonan gak sampai 10 menit.





Bahan:
500 mL whipcream yang cair/ slag room yang cair
250 gram cream cheese/kaas room yang neutral
gula stevia/diabetasol sesuai selera
100 mL santan kental (bisa diskip)
keju parut

Cara buat
1. Mixer bahan (kecuali keju parut) sampai bahan mengental kaku
2. Taruh di wadah (yang ada tutupnya)
3. Taburi keju parut untuk topping
4. Tutup wadah, masukkan freezer kira-kira 1-2 jam 
5. Ready to eat , simpan di lemari es aja kalau mau dimakan sewaktu-waktu. Kalau disimpan di freezer terus, jadinya es krim atau es batu

Tekstur cheesecake yang baru keluar dari freezer ini seperti setengah es krim, karena pasti bagian bawahnya agak mengeras, tapi bagian atasnya masih lembut. Yang hobby mix dengan buah, bisa ditambah topping alpukat, atau strawberry, cherry. Ini penampakannya setelah keluar dari freezer.


Silahkan mencoba.


Share on:
* pick a tittle from HTR Novel's lelaki semesta

 

Hmm sedang apa ya dia hari ini ?
Setiap ku mengingatnya, oops pasti mencuat ribuan perbedaan diantara kami

Namanya diambil dari nama putri Rasulullah, Umi Kalsum
Namaku diambil dari jenis sepeda motor :p ha ha, nggak ding
Namaku, hijriani, karena (katanya) sebelum aku lahir kami pindah dari Jambi ke Lampung

Dia rajin sekali bangun pagi
Aku... hanya bisa bangun pagi kalau tidak disisinya

Dia pandai memasak
Aku... hmm memasak sekedarnya sesuai selera

Dia bisa berbincang akrab dengan orang yang baru lima menit duduk disebelahnya
Aku... aduh, selalu tergagap dengan komunikasi pertama.. kedua...

Dia bisa mengikat es lilin dengan waktu 10 detik
Aku... butuh waktu sekitar 30 detik

Dia menyusun piring, mangkuk dan seterusnya, sesuai ukuran, bentuk dan warna
Aku.. meletakkan piring, mangkuk dan seterusnya sesuai tempat yang tersisa

Dia menjemur baju sesuai jenis, ukuran dan warna
Aku.. ah bukankah disini dan disana dipapar oleh matahari yang sama?

Dia lebih cantik
Aku.. hanya mewarisi sebagian darinya

Dia perempuan yang bisa segalanya
Pernah menjadi fotografer keliling keluar masuk kampung
Pernah menjadi penjahit baju yang digemari pelanggannya
Pernah menjadi ahli salon, potong, keriting dan seterusnya
Pernah berjualan gorengan ketika tinggal bersama salah satu keluarga
Pernah berjualan peralatan rumah tangga, baju, kue dan lain-lainnya
Pernah menjadi atlit bulu tangkis meski tak sampai kota prestasinya
Pernah menjadi instruktur kerajinan PKK untuk sulam, rajut dan kreasi tali temali
Bisa mengupas kelapa
Bisa mengecat rumah
Bisa membuat belasan biji kelapa parut dengan tangannya
Bisa mencabut rumput dan merapikan taman seluruh rumah
Bisa... ah banyak sekali jika hendak dibuatkan daftarnya

Aku... ?
masih bertanya-tanya sebenarnya aku bisa apa :)

Persamaan kami, hmm beberapa...

Dia mengajar agama
Aku mengajar juga

Dia Ibuku
Aku.. calon ibu dari anak-anakku :p

Betapapun banyak sekali perbedaan kami
Aku tahu banyak warisan darinya untukku
Betapapun banyak perselisihan pendapat kami
Aku tahu, dia selalu siap sedia untukku
Betapapun banyak airmata mengalir untuk kenakalan dan keras kepalaku
Aku tahu, doanya tak pernah putus untukku

Takkan bisa kami membalas semua jasamu
Setiap hari adalah hari ibu
We love you



#photos from Malaysia trip and umroh trip
#repost dari facebook note sembilan tahun lalu
Share on:



Kita tidak pernah merasa memiliki sesuatu, sampai kita tak memilikinya
Perlu empat tahun untuk membuatku bisa menulis tentang sepekan itu tanpa berhenti
Menceritakan tentangnya selalu membuatku meneteskan air mata
Hari ini sepuluh tahun berlalu, dan rindu ini masih sama

Aku mengaguminya.. lebih dari laki-laki manapun yang kutemui dalam hidupku
Dia tak sempurna, pasti, sebagaimana manusia adanya
Dia tak tampan, ah kurasa bukan karena alasan fisik dulu ibuku menerimanya
Dia tak kaya, hmm keluarganya ya.. tapi sampai akhir hidupnya, jarang sekali dia memanfaatkannya
Dia tak jenius, tapi aku tahu, dia selalu belajar dan menginspirasi banyak orang untuk terus belajar
Dia tak banyak berkata, tapi mencontohkan dengan sikap dan perbuatannya

Ah, tahukah kau, apa saja yang telah ia lakukan hingga aku sangat mengaguminya?

Dia jujur pada umumnya,
Setiap bulan, dia letakkan slip pembayaran gaji dan alokasinya,
hingga kami tahu bagaimana kami menghargai setiap pemberiannya

Dia melarangku les menari
Tapi tetap menandatangani form pendaftarannya dan membiarkanku mengikuti latihannya
Hingga bertahun kemudian aku menyadari apa maksud larangannya

Dia berkomitmen pada posisinya
Pernah suatu ketika saat kelas lima, aku ternganga
Dihadapanku, dia menjadi juri suatu lomba, ah dia yang pertama mengurangi nilaiku
Padahal sejam sebelumnya dia mengantarku ke sekolah tanpa berkata suatu apa
Setahun setelahnya..
Aku tetap bertemu dengannya, pada lomba yang sama
Dan tak berkata-kata, kecuali sebagai juri dan peserta

Dia selalu menunggu
Seberapapun terlambatnya kendaraan umum sampai di pelosok rumahku
Dia tak pernah ingkar pada janjinya menjemputku
Karena jika tidak, aku harus berjalan kaki beberapa kilo
Sejak memulai bangku sekolah menengah
Hingga saatnya mengakhiri masa-masa kuliah

Dia memberi uang pendaftaran SMAku
Saat itu tak ada yang mendukungku, aku ingin kuliah
Yang lain memintaku sekolah kejuruan, karena aku perempuan, buat apa kuliah
Dia tak banyak bicara, memberiku uang dan berkata, kalau mau masuk SMA, daftarlah sendiri
Sejak itu aku tahu..
Aku harus berjuang mewujudkan mimpiku..

Dia tak banyak berkata.. tapi..
Dia tak pernah membuatku merasa buruk di saat terbaikku maupun di saat terendahku

Dia memang tak memujiku saat aku memenangkan lomba-lomba dan prestasi itu
Tapi dia tak merendahkanku saat aku tak menerima Indeks Prestasi terbaik
Dia tak peduli, berapa banyak jerawat diwajahku atau berapa berat badanku
Ah, kau tahu, dialah guru pertamaku dalam memasak, menyapu, mencuci atau membuat kopi
Dia membiarkanku memasak sesuai caraku
Mengunyah tanpa protes rasa dan hasilnya
Baru kemudian menunjukkan bagaimana sebaiknya

Dengan diamnya, aku merasa dia menerimaku, tanpa syarat…
Tak kan habis kataku bercerita tentangnya…

He..just there..
Ada kalanya dia marah, aku tahu, tapi tak pernah dia memakiku
Ada kalanya dia kecewa, aku tahu, tapi tak pernah dia serius mencelaku

He.. just there..
Menatapnya terakhir kali dibus yang membawanya dan tak pernah kembali
Aku melihatnya  sekilas saat berjalan menuju bis
melihatnya menghapus air mata lewat jendela bis
Saat itu ribuan orang tumpah, sesak dan padat
Mengenang suara dan pesan terakhirnya
Bahkan janji mencetakkan pas foto saat pernikahannya pun belum kutunaikan

He.. just there..
dengan diam dan sikapnya, aku tahu dia percaya padaku
He i the man i trust a lot.

Awal tahun ini, Allah maha baik
Aku bisa dekat dengan tempat istirahat terakhirnya
Berkali melakukan shalat jenazah ba'da shalat wajib disana
Selalu terselip doá-doá terbaik untuknya juga
Semoga, Allah mempertemukan kami semua di surga-Nya



( a memory : M.Ali.AS.BA, 5/05/1951 – 14/12/2007 ,
berbaring disisimu terakhir kali malam jum’at,11.00
melihatmu terakhir kali hari jum’at, 7/12
berbicara denganmu terakhir kali malam jum’at,11.00
menghembuskan nafas terakhir Mekkah, ba’da shalat jum’at , 14/12)

-- Repost again from 30 Juni 2017
-- Repost from facebook notes,
* title is inspired from sang pemimpi, book and the movie
* picture from https://www.pinterest.com/pin/256564509992114690/












Share on:
  • ← Previous post
  • Hi, I am Astria Hijriani. Now, i live in Enschede, Netherlands until 2018. I works as a Lecturer in Computer Science Department, Lampung University.
  • This blog capture some story from my life, my feeling, my activity and also my mind. You can contact me at astria.hijriani@gmail.com.
Founder of the website

Pageviews

Sparkline

Blog Archive

  • April 2018 ( 1 )
  • March 2018 ( 2 )
  • February 2018 ( 2 )
  • December 2017 ( 2 )
  • October 2016 ( 1 )
  • May 2016 ( 2 )
  • December 2015 ( 2 )
  • November 2015 ( 2 )
  • August 2015 ( 1 )
  • July 2015 ( 1 )
  • April 2015 ( 3 )
  • March 2015 ( 3 )
  • February 2015 ( 1 )
  • November 2014 ( 1 )
  • October 2014 ( 3 )
  • September 2014 ( 1 )
  • June 2014 ( 1 )
  • May 2014 ( 1 )
  • April 2014 ( 4 )
  • March 2014 ( 2 )
  • February 2014 ( 6 )
  • January 2014 ( 9 )
  • December 2013 ( 5 )
  • October 2013 ( 1 )
  • September 2013 ( 1 )
  • August 2013 ( 1 )
  • June 2013 ( 3 )
  • May 2013 ( 7 )
  • March 2013 ( 2 )
  • December 2012 ( 1 )
  • November 2012 ( 5 )
  • October 2012 ( 6 )
  • September 2012 ( 6 )
  • August 2012 ( 5 )
  • July 2012 ( 9 )
  • June 2012 ( 4 )
  • May 2012 ( 9 )
  • April 2012 ( 1 )
  • March 2012 ( 12 )
  • December 2011 ( 7 )
  • November 2011 ( 5 )
  • October 2011 ( 1 )
  • July 2010 ( 1 )
  • November 2009 ( 1 )
  • October 2009 ( 1 )
  • July 2008 ( 2 )
  • June 2008 ( 1 )
  • March 2008 ( 1 )
  • August 2007 ( 2 )
  • July 2007 ( 20 )

Popular Posts

  • Cara Membungkus Kado Bentuk Kemeja
    Ini postingan ringan, barangkali ada yang ingin berkreasi dalam membungkus kado atau bingkisan tertentu. Bentuk kemeja ini lumayan unik dan ...
  • Naik Apa ke Lampung dari Surabaya ?
    Selama jadi anak kost di Surabaya, sering sekali teman-teman bertanya, kalau pulang naik apa ke Lampung? Jawabannya biasanya gini, ya kalau ...
  • Berani Bongkar, Beruntung Bisa Pasang ~ Membersihkan Fan Acer 4732Z
    Liburan lalu, beberapa kali, laptop ini mati tiba-tiba, biasanya pada saat memainkan game yang membutuhkan grafis tinggi. Sempat sangat khaw...
  • Beasiswa Short Course StuNed
    Setiap bertemu dengan orang Indonesia di Enschede biasanya ditanya, -master atau PhD ? terus dijawab, ndak, saya shortcourse saja 3 bula...
  • Yang Mana Yang Berkualitas?
    Saya masih ingat sekali, pelajaran dasar yang diberikan Gem Cheong di kelas Total Quality Management. Gem menampilkan dua gambar berikut di ...
  • Operasi Gigi Geraham Bungsu dengan Fasilitas Askes ( I )
    Setahun lalu, melihat hasil foto rontgen panoramik gigi, dokter gigi di Surabaya sudah mengingatkan sejak awal, Mbak..sebaiknya geraham bung...
  • Operasi Gigi Geraham Bungsu (III)
    Sudah diniatkan ditulis sejak lama, tapi semuanya berubah ketika negara api menyerang :) eh eh nggak ding, karena mengkambinghitamkan 'm...
  • Beasiswa Pelatihan ITEC/SCAAP ke India
    Kenapa India? Mau Berangkat lagi? S3 ya, berapa tahun? Ngapain ke India? Mau ketemu Shahrukh Khan? Salam ya buat Shaheer Sheikh India...
  • Edisi Jajan dan Cari Oleh-Oleh di Palembang
    Jum'at sampai Ahad, 29 Nov-1 Des kemarin menyempatkan jalan-jalan ke Palembang. Menu utamanya wisudanya Destroyer eh Destri ding, tapi t...
  • Mampir ke Monas
    Ini salah satu mimpi waktu masih kecil, melihat Jakarta dari puncak Monas ^_^.  Dulu, pernah berkunjung ke tempat ini, waktu masih SD ras...

My Tweet

Tweets by @astriahijriani

Do Not think too much, say thanks to Allah for another wonderful day

Even your worst day, that's still 24 hours only


Created By SoraTemplates | By Gooyaabi Templates - copyright 2017 - edited by @hijriani