Powered by Blogger.

Catatan Astri

I read, teach, travel, cook, learn new things, and write it

  • Home
  • My Words
  • IT 'n Science
  • Q-World
  • Oase
  • Let's Go!
    • Life at Enschede
    • Mumbai Story
    • Travelling
  • Ke Dapur
  • None Of Them

CATEGORY >


Foto diatas diambil dari salah satu majalah alumni disini, ITC NEWS. Momennya berasal dari event Opening Academic Programme, semacam acara resmi penyambutan mahasiswa baru yang diadakan September 2017 lalu. Mereka meminta kami untuk mengenakan national costume, itu sebabnya warna-warni pakaian khas dari setiap negara terlihat jelas di foto tersebut. Saat hardcopy majalah itu dibagikan ke mahasiswa, teman sekelas yang menunjukkan ke saya, dan bilang, hey astria you are one of the model here. Saya cuma bisa nyengir, kemudian teringat joke di Indonesia, yah setidaknya bukan model majalah Trubus :p (padahal Trubus kondang di seantero Indonesia ya)

Melihat cover itu saya memang tersenyum, karena menyadari satu hal, tanpa campur tangan Allah, semua ini tidak akan terjadi. Puluhan ribu aplikasi yang masuk, dan salah satu aplikasi coba-coba saya (coba-coba iseng yang direncanakan), terpilih, masuk dan saya sampai kesini.  Alhamdulillah for that. Tapi dibalik cerita senang bisa melihat salju, libur sementara dari urusan kantor, bertemu dengan teman dan orang baru, say hai dengan totally stranger everywhere, bisa jalan-jalan ke negara lain de el el dst, pengelaman diploma course ini benar-benar mengajarkan saya tentang banyak hal. Tentang berani belajar, tentang keinginan untuk belajar.

Sekitar sepuluh tahun yang lalu, saat belajar merumuskan tentang Total Quality Management(TQM) di Perguruan Tinggi, instruktur kami, Gem Cheong, pernah membahas hal ini. Dia bertanya hal yang sangat filosofis untuk pendidikan.
Gem : Astria, what do you think is the product of your education? your class? your teaching?
Me    : Degree..?
Gem  : hmm..
Me     : Bachelor, Diploma?
Gem   : i dont think so..
Me      : Alumni..?
Gem   : not really..
Me     : education programme?
Gem   : (she smiled and said)  I prefer to say, the product, the purpose, it should be the willingness to learn.  Your university area is in information technology, every day there will be new things, with everything you said to your students, it will become old knowledge in days, months or years. But with willingness to learn, everyone will have the enthusiasm to learn something whatever it is.

Saat itu sih, saya cuma mengangguk-angguk, sebagai dosen baru yang kemudian tiba-tiba belajar tentang TQM, saya mengiyakan semua ilmu baru yang masuk ke kepala. Bertahun kemudian kalimat-kalimat Gem, terlintas jelas, saat menonton film Three Idiots. Adegan saat Rancho ditantang untuk menjadi dosen, dan meminta seluruh kelas mencari sesuatu yang tidak ada di buku, menunjukkan bahwa willingness, keinginan, bisa menjadi motivasi yang sangat kuat untuk segala hal, termasuk untuk belajar.

Keinginan ini juga bisa berasal dari banyak alasan, entar rasa suka maupun rasa tidak suka. Bertahun-tahun mendengarkan curhat mahasiswa, baik yang bagus track recordnya, maupun yang harus diingatkan tentang jalan hidupnya di kampus ha ha (yang ini pengalaman pribadi saya sih), saya belajar banyak dari salah seorang temen saya yang cita-citanya jadi Hafidzoh (mungkin sekarang  sudah).  Saat sesi perkenalan kami, dia bercerita, saya sangat tidak suka dengan kuliah, karena cita-citanya ingin hafal Al Qurán, tapi demi menghargai saran keluarganya, dia tetap kuliah, sambil menghafal Al Qurán. Rasa tidak sukanya dengan pendidikan kampus membuat keinginannya jadi tekad yang bulat, gini- karena saya tidak suka, maka saya tidak boleh mengulang mata kuliah ini, saya harus lulus dengan cepat, saya gak boleh lama-lama di kampus. Dan teman saya berhasil mengubah energi tidak sukanya menjadi lulusan yang cum laude.

Setiap saya bercerita di kelas tentang hal ini, biasanya mahasiswa di kelas tersenyum dan mengangguk-angguk. Ya, kalau tidak suka dengan kelas saya, maka usahakan jangan mengulang di kelas saya, karena berarti tahun depan ketika mengulang, Anda akan ketemu lagi dengan saya. Kalau rasa tidak suka bisa menjadi energi untuk hal baik, apalagi kalau belajar sesuatu yang disukai, tentu teorinya hasilnya juga lebih baik kan?

Nah, kembali ke cerita kenapa tempat ini mengajarkan banyak hal. Sebagai pengajar, saya belajar bagaimana mereka berusaha mempersiapkan diri sebaik mungkin. Kelas untuk materi tersebut kadang seharian, jadi otomatis, selama seharian, persiapan untuk membuat kelas cukup menarik, memerlukan energi yang luar biasa. Disini anda harus lebih hebat dari komika, karena stand up comedy mungkin hitungannya menit, sedang kelas seharian berarti perhatian audiens harus fokus dalam jangka waktu yang jauh lebih lama.

Sebagai mahasiswa, saya bertemu teman-teman yang luar biasa. Bahkan ada yang bisa serius main game sekaligus serius belajar pada saat bersamaan. Yang mencatat ulang semua materi di buku catatan dengan detail. Yang mencatat di semua slide dengan sangat rapi. Yang bisa menjelaskan kalkulus dengan cara yang sederhana (dan kemudian saya tertegun, karena waktu saya kuliah S1, saya gak tahu cara itu). Yang sabar menghadapi teman-temannya dari berbagai negara dengan habit dan keinginan yang berbeda-beda. Yang bisa punya curiousity luar biasa, hingga selalu bertanya dan punya pertanyaan.

Willingness to learn, berarti kita melewati fase berani belajar. Berani belajar berarti kita harus berani menghadapi kenyataan kalau kita ternyata tidak bisa eh belum bisa. Beberapa waktu lalu, ada materi tentang Tranformation Design, yang intinya kita membuat use case dan class diagram. Sesuatu yang sudah lama kita merasa bisa pun, ternyata ada momen "Ooo ternyata begini caranya..". Berani untuk menghadapi kenyataan, baiklah ternyata harus mengulang ujian. Berani untuk bilang ke diri sendiri di setiap malam ujian ( karena kadang masih muncul pertanyaan ke diri sendiri, ngapain sih saya susah-susah gini ha ha )
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Jika engkau tak tahan lelahnya belajar, engkau akan menanggung perihnya kebodohan
Yang ini quote dari Imam Syafií bukan saya.

Belajar tidak harus sesuatu yang rumit. Beberapa minggu lalu saya baru saja menguji keberanian saya belajar sesuatu yang sederhana, tapi jadi masalah terbesar dalam hidup saya, yaitu... minum tablet/pil dengan air minum. Iya, saya gak bisa! Jadi selama puluhan tahun ha ha saya selalu menelan dengan bantuan makanan (sesuatu yang dikunyah). Beberapa minggu lalu, saya iseng minum vitamin, bentuknya tablet, dengan air minum, dan ternyata saya bisa!

Jadi selama ini, saya cuma takut saja untuk mencoba. Memang yang ini gak pahit sih he he tapi disitu ada momen "Ooo"-nya saya sesaat.

Balik ke belajar, kalau masih belum bisa, ya coba lagi, browsing, tanya teman, tanya dosen.
Belum bisa juga? tutup buku dan laptop, tidur, besok coba lagi.

Enschede, 11 Maret 2018, 12:17 PM
Sedang menimbang, apakah saya harus mencoba minum obat sakit kepala dengan air atau dengan makanan?  #migrainberat #randompost
Share on:
Pertama kali bikin menu ribs, karena pengen nyobain panci presto. Kalau di Indonesia menu ini termasuk mahal (buat ASN golongan saya sih), secara harga ribsnya emang mahal mentahnya. Karena mahal itu, jadi belajar bikin sendiri hahaha. Berkali-kali masak ribs, tapi belum ngerasa pas, eat-able sih, tapi kadang terlalu alot menurut saya, atau  empuk tapi rasa rendang atau semur bumbunya.

Jadi tergoda nyoba lagi disini karena lihat lamb ribs di supermarket yang harga sekilonya lebih murah dari menu satu porsi ribs di restoran. Satu porsi ribs disini sekitar 12-15 Euro (kayaknya). Lamb ribs, sekilo sekitar 6 Euro.  Tetep ya prinsip hemat karena jadi mahasiswa dengan beasiswa yang seadanya. Hmm karena gak ada panci presto disini, jadi memasaknya pakai sabaaaar (banget). Dengan panci seadanya, masak gak pakai api besar, si daging harus sampai agak terlepas dari tulangnya dan gak boleh hancur. Trial pertama eat-able tapi bau kambingnya masih terasa menurut saya. Terus beberapa minggu  karena pas lagi punya Hoisin sauce, saya kemudian nemu resep lagi disini, yang foto recooknya menggoda. And menurut saya trial kedua ini enak ha ha (memuji masakan sendiri). Gak bisa dibandingkan dengan Dar el Maghreb sih, but for sure, jadi makanan favorit saya selain tumis tempe dan sambal udang.

Nah, resepnya sedikit dimodifikasi karena saya gak pake wine. Oh ya Cooking time dua hari ya guys (sabar banget kan, nungguin ribs nya mateng)

lamb ribs fresh from the oven
Bahan Utama:
1 Kg Ribs ( saya pakai lamb)

Bumbu Marinate:
Lada hitam secukupnya
2 sendok makan Olive oil
Garam secukupnya
5 lembar daun salam
4 Cabe merah (haluskan/ atau kemaren saya pake cabe bubuk, karena pas gak punya cabe)
150 mL Hoisin Sauce (beli botolan di sini)
2 Butir bawang bombay (haluskan)
3 sendok makan bawang putih (haluskan)
6 sendok saus tomat
5 sendok brown sugar atau kecap manis (kemarin pakai bango)

Cara Membuat:
1. Campur semua bumbu marinate  sampai rata
2. Masukkan ribs, ratakan ke seluruh bagian, masukkan ke plastik. bisa pakai yang ada zip locknya. Tujuan pakai plastik, supaya seluruh bumbunya merata. Kalau pakai mangkok kan bumbu akan turun dan kita harus aduk-aduk. Nah, kalau pakai plastik, ratakan bentuknya hingga pipih, jadi otomatis ribs akan terendam bumbu selama di plastik.
3. Masukkan ke kulkas (bawah freezer) selama minimal 6 jam. Ini yang bikin enak kayaknya. Nah, karena bikinnya disambi sekolah, kemarin di kulkas sampai sekitar 17-18 jam, karena kuliah seharian. Jam 11 an malam masuk kulkas, jam  6/7 malam baru dikeluarkan.
4. Keluarkan dari kulkas, tambah air, rebus dengan api sedang/kecil, sampai daging ribs bisa terlepas dengan mudah dari tulangnya. Cicip untuk kadar asinnya, tambah garam sesuai selera
5. Usahakan rebus dengan panci anti lengket. Pada saat daging terlepas dari tulang, tidak bisa dibolak-balik, jadi kalau pakai panci biasa, maka akan ada bumbu yang gosong. Kalau punya presto, ya presto aja kali ya
6. Bumbu marinate yang dipanci jangan dibuang, bisa ditambah maizena untuk bumbu siram ribs, bisa buat masak yang lain, dimakan pakai nasi aja juga enak (katanya yang nyicip)
7. Setelah itu grill/oven ribs sampai agak kecoklatan. Gak lama prosesnya, sekitar 5-10 menit. Kalau di grill mungkin bisa sambil diolesi bumbu sisa marinate
8. Siap untuk dihidangnya

Karena buatnya sambil masak yang lain-lain, saya jadi lupa mau foto food plating dengan benar. Dan juga yang nyicip, sudah menunggu, jadi segera habis tak bersisa. Satu-satunya foto waktu keluar dari oven. Nanti kapan-kapan kalau sempat masak lagi, diupdate fotonya.


Share on:
  • ← Previous post
  • Next Post →
  • Hi, I am Astria Hijriani. Now, i live in Enschede, Netherlands until 2018. I works as a Lecturer in Computer Science Department, Lampung University.
  • This blog capture some story from my life, my feeling, my activity and also my mind. You can contact me at astria.hijriani@gmail.com.
Founder of the website

Pageviews

Sparkline

Blog Archive

  • April 2018 ( 1 )
  • March 2018 ( 2 )
  • February 2018 ( 2 )
  • December 2017 ( 2 )
  • October 2016 ( 1 )
  • May 2016 ( 2 )
  • December 2015 ( 2 )
  • November 2015 ( 2 )
  • August 2015 ( 1 )
  • July 2015 ( 1 )
  • April 2015 ( 3 )
  • March 2015 ( 3 )
  • February 2015 ( 1 )
  • November 2014 ( 1 )
  • October 2014 ( 3 )
  • September 2014 ( 1 )
  • June 2014 ( 1 )
  • May 2014 ( 1 )
  • April 2014 ( 4 )
  • March 2014 ( 2 )
  • February 2014 ( 6 )
  • January 2014 ( 9 )
  • December 2013 ( 5 )
  • October 2013 ( 1 )
  • September 2013 ( 1 )
  • August 2013 ( 1 )
  • June 2013 ( 3 )
  • May 2013 ( 7 )
  • March 2013 ( 2 )
  • December 2012 ( 1 )
  • November 2012 ( 5 )
  • October 2012 ( 6 )
  • September 2012 ( 6 )
  • August 2012 ( 5 )
  • July 2012 ( 9 )
  • June 2012 ( 4 )
  • May 2012 ( 9 )
  • April 2012 ( 1 )
  • March 2012 ( 12 )
  • December 2011 ( 7 )
  • November 2011 ( 5 )
  • October 2011 ( 1 )
  • July 2010 ( 1 )
  • November 2009 ( 1 )
  • October 2009 ( 1 )
  • July 2008 ( 2 )
  • June 2008 ( 1 )
  • March 2008 ( 1 )
  • August 2007 ( 2 )
  • July 2007 ( 20 )

Popular Posts

  • Cara Membungkus Kado Bentuk Kemeja
    Ini postingan ringan, barangkali ada yang ingin berkreasi dalam membungkus kado atau bingkisan tertentu. Bentuk kemeja ini lumayan unik dan ...
  • Naik Apa ke Lampung dari Surabaya ?
    Selama jadi anak kost di Surabaya, sering sekali teman-teman bertanya, kalau pulang naik apa ke Lampung? Jawabannya biasanya gini, ya kalau ...
  • Berani Bongkar, Beruntung Bisa Pasang ~ Membersihkan Fan Acer 4732Z
    Liburan lalu, beberapa kali, laptop ini mati tiba-tiba, biasanya pada saat memainkan game yang membutuhkan grafis tinggi. Sempat sangat khaw...
  • Beasiswa Short Course StuNed
    Setiap bertemu dengan orang Indonesia di Enschede biasanya ditanya, -master atau PhD ? terus dijawab, ndak, saya shortcourse saja 3 bula...
  • Yang Mana Yang Berkualitas?
    Saya masih ingat sekali, pelajaran dasar yang diberikan Gem Cheong di kelas Total Quality Management. Gem menampilkan dua gambar berikut di ...
  • Operasi Gigi Geraham Bungsu dengan Fasilitas Askes ( I )
    Setahun lalu, melihat hasil foto rontgen panoramik gigi, dokter gigi di Surabaya sudah mengingatkan sejak awal, Mbak..sebaiknya geraham bung...
  • Operasi Gigi Geraham Bungsu (III)
    Sudah diniatkan ditulis sejak lama, tapi semuanya berubah ketika negara api menyerang :) eh eh nggak ding, karena mengkambinghitamkan 'm...
  • Beasiswa Pelatihan ITEC/SCAAP ke India
    Kenapa India? Mau Berangkat lagi? S3 ya, berapa tahun? Ngapain ke India? Mau ketemu Shahrukh Khan? Salam ya buat Shaheer Sheikh India...
  • Edisi Jajan dan Cari Oleh-Oleh di Palembang
    Jum'at sampai Ahad, 29 Nov-1 Des kemarin menyempatkan jalan-jalan ke Palembang. Menu utamanya wisudanya Destroyer eh Destri ding, tapi t...
  • Mampir ke Monas
    Ini salah satu mimpi waktu masih kecil, melihat Jakarta dari puncak Monas ^_^.  Dulu, pernah berkunjung ke tempat ini, waktu masih SD ras...

My Tweet

Tweets by @astriahijriani

Do Not think too much, say thanks to Allah for another wonderful day

Even your worst day, that's still 24 hours only


Created By SoraTemplates | By Gooyaabi Templates - copyright 2017 - edited by @hijriani