Sampai di Schiphol International Airport jam 05.30 minggu pagi waktu Amsterdam. Setengah jam sebelum mendarat semua penumpang sudah sibuk menurunkan tas dari kabin atas dan mulai memakai jaket. Karena masih ada pengatur suhu di pesawat, saya memutuskan untuk memakai jaket saat merasa kedinginan. Ternyata, lima langkah keluar dari pesawat, saya sudah menggigil dan akhirnya mengeluarkan jaket dari tas. Melirik handphone yang baru saja hidup, pantas saja, suhunya 2 derajad celcius..brrr
Sebelum sampai di Belanda, saya sudah kontak PPI Belanda. Letak Enschede yang jauh, membuat Rusydi mengatakan mungkin nanti akan dijemput di train station Enschede saja. Akan tetapi, hari itu, Aufar, ternyata sedang akan menjemput temannya dan akan mengantar temannya ke Groningen. Supaya tidak bingung, saya memutuskan menunggu Aufar di Schiphol, supaya tahu tempat membeli tiket dan di station mana harus berangkat. Masalahnya, kereta pertama dari Enschede ke Schiphol di hari Minggu adalah jam 7.30, jadi Aufar baru sampai di Airport jam 10. Itu sebabnya, saya tidak terlalu terburu-buru. Menunggu antrian koper dengan sabar, kemudian sempat duduk meluruskan kaki di tempat duduk ruang tunggu Airport. Mengirim sms, BBM dan whatsapp ke keluarga dan teman bahwa sudah sampai di Belanda. Dan saat itu, saya menatap lampu-lampu di Schiphol dengan perasaan takjub, tidak percaya rasanya bisa sampai ke tempat ini.
Menunggu hampir 4 jam, membuat saya masih sempat bersih-bersih di toilet, jalan-jalan cari sarapan dan melihat-lihat toko-toko seputar Schiphol, plus mencari lokasi meeting point. Jam 10 lewat, ketemu dengan Aufar, yang kemudian menunjukkan tempat mencari tiket sampai mengantar langsung ke kereta.Thanks Aufar ^_^.
Meski jetlag, rasa excited membuat saya tetap melek sepanjang perjalanan di kereta. Ditunjang dengan kereta yang sepi, membuat saya malah asyik mencoba kamera lewat jendela kereta. Alhasil sebagian besar gambar blur nggak jelas karena si kamera ngak punya anti shake. Nah beberapa gambar yang agak mending kurang lebih seperti berikut.
Jam satu siang, sampai di Enschede Train Station, saya menghubungi Rusydi via Whatsapp. Dengan bantuan Rusydi menyeret koper 26 kilo, kami berjalan menuju ITC Hotel. Ternyata tidak jauh, hanya 10 menit perjalanan. Tapi saat itu, saya nggak ngeh kalau train station dekat dengan hotel, efek kelelahan. Seminggu kemudian, saya baru sadar kalau train station itu dekat dengan hotel.
Rusydi juga menemani check in di hotel. Dari pihak admission ITC, sudah menitipkan paket ke resepsionis hotel. Isinya petunjuk untuk koneksi internet dengan account kampus, form yang harus diisi sebagai siswa baru, dan peta kota Enschede. Di resepsionis, kita juga bisa meminjam kabel untuk koneksi internet di kamar dengan membayar deposit 5 Euro. Selain itu untuk mendapatkan kunci laci di dapur, kita membayar deposit 20 Euro, saat mengembalikan kedua benda tersebut, uang deposit dapat diambil kembali. Dari kampus, diperoleh kartu mahasiswa sebagai kunci untuk masuk ruang tertentu, fotocopy, membayar makan di kantin juga kunci loker.
kunci dapur, loker, kartu kunci kamar dan kartu mahasiswa |
Morning view from Room 210 |
Another view from my room |
ITC Hotel |
Setelah selesai urusan check in, Rusydi minta izin untuk mengerjakan tugas kelompok, Dan saat itu saya baru sadar mengantuuk sekali. Well, meski heater sudah di posisi maksimal, saya tetap menggigil kedinginan.
Suhu diluar masih menunjukkan 2 derajad celcius.
Enschede..Here i am.
0 comments