Powered by Blogger.

Catatan Astri

I read, teach, travel, cook, learn new things, and write it

  • Home
  • My Words
  • IT 'n Science
  • Q-World
  • Oase
  • Let's Go!
    • Life at Enschede
    • Mumbai Story
    • Travelling
  • Ke Dapur
  • None Of Them

CATEGORY >

Ada kalanya, hari-hari tidak selalu berlalu dengan tenang
I am lucky, i'll never have bad hair day in front of public because of my veil
But sometime the unpredictable things comes to our day in order
Ha ha
Saya tidak ingin menyebutnya sial, lets say, just not lucky

source : http://almadinainstitute.org/blog/


Seperti Selasa lalu,
Sejak pagi, saya sudah menyiapkan slide dan bahan ajar dengan baik
Laptop saya sudah lama tidak mau bekerjasama dengan konektor projector di kelas, jadi saya hanya membawa flash drive
Langkah pertama, saya pinjam laptop mahasiswa
Ternyata, karena ruangan sangat panas saya harus membawa kipas angin sendiri ke kelas
Ternyata, konektor projector juga tidak bersahabat dengan laptop pinjaman
Ternyata, setelah diotak-atik dengan obeng pinjaman lab sebelah pun konektor dinyatakan rusak
Ternyata, setelah projector diganti pun, laptop tidak mau bekerja karena kendala sistem operasi
Ternyata, setelah laptop di tukar dengan yang OS berbayar perlu tambahan terminal listrik
Ternyata, mahasiswa tidak ada yang membawa terminal sehingga balik lagi ke lab mencari terminal listrik
Ternyata, setelah menjelaskan dua slide, tiba-tiba listrik mati...
Ternyata, setelah pasrah menulis materi dengan manual di whiteboard, ada tulisan yang dengan semena-mena menggunakan spidol permanen memenuhi 3/4 whiteboard
Ternyata, setelah susah payah membersihkan whiteboard, saya hanya punya waktu 40 menit untuk menjelaskan materi
#AntaraHarusTetapSenyumDiDepanKelasAtauGaruk-GarukKepala.

Dan hari ini
Saya terbangun dengan migrain di kepala
Saya harus mengantar bungkus N****Sa** ke rumah bawah, dan memasak bekal maksi
Ternyata, motor pertama yang dikeluarkan tidak mau jalan alias mogok
Ternyata, motor kedua yang dikeluarkan dengan susah payah ban nya kempes
Bisa jalan sih ke rumah bawah, tapii..
Ternyata, menemukan fakta galon air mineral habis
Ternyata, harus ke tukang tambal ban dulu
Ternyata, karena tidak hati-hati, kaki lecet kena standar motor
Ternyata, karena tidak seimbang saat sampai rumah, kaki kiri kejatuhan galon yang penuh
Ternyata, beres-beres rumah itu cukup memakan waktu
Ternyata, karena ban motor pertama melindas kain basah, saya tidak bisa memasukkan motor kembali ke rumah
Ternyata, saya harus terlambat saat memulai Quis mahasiswa
Ternyata, saya tidak bisa memenuhi janji ke mahasiswa untuk bimbingan laporan KP sejak pagi
#MenarikNafasPanjang


And.. surprised me
At the end of this hard weekdays
I saw something that made me smile
Saat melihat sekilas hasil ujian mahasiswa...sebagian besar menunjukkan hasil lumayan
Setahun penuh, saya mengulang-ulang materi ini dan tidak semuanya disampaikan dengan nada sabar..
Finally..more than half class show better result..

Itu juga..yang membuat saya bisa bertahan, menghabiskan setengah hari ini, kembali menemani belasan orang yang berusaha menyelesaikan laporannya, meski ada yang mulai dari 50%, 40% bahkan 10 atau 5%..

Peristiwa Selasa, membuat saya harus memiliki lebih banyak persiapan sebelum mengajar, mengasah kemampuan mengajar manual di ruang yang 'hangat', tanpa bantuan LCD atau bahkan laptop. Ada sekian banyak catatan di kepala saya, bagaimana mekanismenya supaya sarana dan prasarana mengajar dapat terawat dengan baik dan diperiksa untuk memastikan bisa dipakai.

Rentetan kejadian hari ini, mengingatkan saya, untuk lebih piawai melakukan manajemen aktifitas harian, tidak kelelahan, juga tidak perlu memikirkan hal-hal yang tidak terlalu penting, tinggalkan yang berat, kerjakan sedikit-sedikit, suatu hari kelak..pasti ada buah manis yang bisa dipetik

Dan saya jadi ingat quote ini
When life gives you lemons, Make lemonade..
or maybe
“When life gives you lemons, give them to me, I love free stuff!”

Share on:


Do you remember my room?
Err not so important's room to be remembered also

So, today i want to tell you about that not so important room
I prefer called as a cubicle because 5 meters square only, without windows, lamp was not working, really messy, full of papers, no air conditioner.  I bought fan few months ago, just to make sure i will not struggling to stay at my cubicle when weather forecast said  the real feel will be 39 degree.

then, once upon at the time, i feel so boring
I feel hopeless when i sit here, i always want to be away from this cubicle, back to go home early, this messy cubicle torture my mood.
i have to do something with my room. In my dream, my cubicle will be like this.

so beautiful room

but that will be too good to be true. Maybe only top management or senior professor have luxury room. As junior lecturer,  all praise to God, i got  personal space like this cubicle, All of the stuff here i got from other lecturer furniture, they move to the other room or leave it for postgraduate/doctoral degree. Comparing to this old room, the dream room will consume a lot of money, to be realized.


I had two printers, one is my personal printer, i brought from home, after that my colleague gave another printer with more ink, one book shelf (with all of small things in it), one computer table without desktop hahaha and a lot  of papers. Most of the papers are students project, exam results etc.

I decided to ask one computer desktop with larger view. I got the desktop from lab, and then it means i need another table. When i asked some help from students to lift the table, they warn me, it will not be fit in your room Ma'am, your room too small and i said, it will, and it must. They were not 100% wrong, It took one hour, only to manage two big table, one shelf, and one smaller table for the printer. I tried so many formation and failed :p

larger view for the monitor

 Also, i have to give space for students chair. Maybe they want to meet me and consult about project and so on. The most important thing, give some space to pray, coz at least i'll be here from 7.30 to 4 pm. There is small room as musholla in this building, but always busy with students from two departments.

Second hour, Lia, the cleaning service pass by and saw me confused with the tables, then she offered some help. Yup, half an hour later we decide which area that will be the right place for the tables. Is it finished? Nop..all tables are  the old one,  i have to buy cover to make it nice.

Next step, i selected all unused papers and gave two big boxes for Lia, it was up to her how to throw that out. I also put Neso poster and hang it on the wall to give some colour. At the back of the door, i nailed hanger for my jacket. For the light, i bought tube lamp and asked the Keyman help me to turn on the lamp.

for my jacket

The size of the table was not suitable  to make it like a corner, i took some part of broken computer table from the third floor, bought some shelf  support and nailed it to make longer table. I did also for two more shelf from broken computer table on the wall. I put small stuffs from book shelf and printed papers. For the book shelf, i manage the books on the proper place, As a final touch, i bought some artificial flowers, bring some souvenirs and tiny things i keep, put on shelf and voila.. i made it, my cubicle makeover.

new shelf from part of broken computer table

So far, i feel more comfortable with big screen, brighter cubicle and full of colour.
After i finished, my colleague came to my door, saw new look of my room and said...how if the boss said we have to move to next building?
and we laugh hahaha
Well it means maybe another make over. This is my cubicle appearance now.

from students chair view

from my view

from door view
Note : postingan dibuat setelah mengetik email yang panjang dalam bahasa Inggris, terus tersadar hahaha masih perlu banyak latihan, limited vocab, yah masih perlu usaha keras buat persiapan nulis disertasi ^_^V.

Share on:


Karena nonton dengan cowok terlalu mainstream. Ini review film dari penonton biasa, boleh percaya boleh tidak kok.

Hari itu saya sengaja pulang lebih awal dari kantor, yup i promised to go to the cinema with my Mom. Saya tahu, beliau sangat jenuh di rumah, dibandingkan dengan halaman rumah di Sekampung, halaman disini yang cuma 30 an m2 memang terlalu kecil. Meski saya menyiapkan pot-pot tanaman dan puluhan polybag tetap saja, semua tanaman itu akan selesai dirawat kurang dari setengah jam. Niat buat mengajak nonton ini sebenarnya sudah lama sekali, tapi saya harus memilih film yang tepat. Harus film Indonesia, yang saya juga pengen tonton dan waktunya memungkinkan. Dan akhirnya, film Haji Backpacker jadi pilihan.

Saya fikir, ceritanya mungkin adalah cerita orang yang dengan cara murah pengen naik haji, hmm tapi perkiraan awal saya tentang judul ternyata salah. Sebelum menonton, saya sudah browsing trailler film. Mencoba memastikan apakah film akan menarik atau tidak. Kesan pertama, sepertinya cukup menarik. 



Film ini mengisahkan perjalanan Mada, yang kecewa dengan takdir Tuhan, sang kekasih meninggalkannya pada saat hari pernikahan. Luka di hatinya membuatnya mengembara sampai ke Li Jiang, Tibet, Nepal dan India.

Menonton film ini, akan membuat kita dimanjakan dengan pemandangan dan tujuan wisata dari negara-negara yang disinggahi Mada dalam perjalanannya. Awal cerita dimulai dari Thailand, dan berakhir di Saudi Arabia. Latar musik yang sesuai menguatkan gambaran setiap negara dengan alunan tradisional yang unik.

Dalam dua puluh menit pertama, film ini tidak membosankan. Tapi alur maju mundur dalam ceritanya, membuat orang yang tidak terbiasa jadi mengerutkan kening. Berkali-kali, sepanjang film, ibu saya bertanya, karena alur film yang menayangkan kisah masa sekarang, masa lalu dan kerap diselingi dengan cerita dalam mimpi Mada.

Karakter dalam film juga dimainkan dengan baik, hmmm Abimana..jelas sangat kuat memerankan Mada. Laura Basuki juga menggambarkan peran gadis Tiongkok dengan dialek, pengucapan dan mimik antusiasme yang pas.

Tapi beberapa kali, saya merasa ada titik-titik cerita yang bisa dibuat lebih menarik dan greget. Ada dialog-dialog tertentu yang bisa ditunjukkan menjadi kalimat yang lebih bermakna atau malah jadi gurauan khas. Butuh lebih dari sekedar ditinggalkan seseorang, seharusnya, membuat Mada yang rajin shalat dan berdo'a menjadi orang yang sangat jauh dari Tuhan, meninggalkan orang tua, membunuh atau bahkan tidak berekspresi saat dikabarkan si Ayah meninggal.. Agak janggal rasanya, orang yang minum-minuman keras, hobby clubbing, sampai menghilangkan nyawa orang, masih berfikir daging halal atau tidak saat terdampar di Vietnam. Tapi mungkin juga keterbatasan durasi film sehingga  banyak detail yang dihilangkan hehehe

Perjalanan Mada mulai dari Thailand sampai Saudi Arabia dikisahkan dengan halus. Berkonflik dengan salah seorang preman lokal di Thailand, memaksa Mada untuk  menuruti saran kakaknya ke Vietnam. Luka di tubuhnya membawanya sampai ke Li Jiang (bagian ini ceritanya agak memaksa, tapi masih masuk akal sih) dan bertemu dengan Suchun. Sayangnya, beberapa negara lain, seperti Tibet dan Nepal ditampilkan sebagai tempat yang dilewati saja, tanpa dialog.

Adegan paling membekas dalam film ini, adalah saat Mada sampai di Saudia Arabia, dan mengunjungi salah satu kompleks pemakaman disana. Dan lagu Uje yang melatari adegan, membuat air mata tidak bisa dibendung. Menurut saya siih, karena tempat itu juga merupakan salah satu tempat yang ingin saya kunjungi saat saya masih hidup.  Tapi sungguh, cara si sutradara merekam lokasi-lokasi di film ini memang patut diacungi jempol. Dulu sebelum sampai Belanda, saat saya menonton film 99 cahaya di langit Eropa, saya jadi berdo'a, semoga suatu hari sampai ke Eropa. Dan kemasan film ini membuat saya juga ingin mengunjungi negara-negara itu..suatu  hari nanti ^_^.

Share on:
Ini postingan galau hehehe antara mau buat judul tentang sate daging sapi atau mau menguji buat sate pakai wajan happycall hehehe Apa sajalah.. Awalnya karena bosan dengan menu daging yang di rendang, semur atau sop, akhirnya waktu Ibu mengiris daging untuk dimasak semur, saya menyisihkan sedikit untuk dibuat sate. Ibu pesimis, daging sapi bisa matang, karena dimasak semur saja butuh waktu yang cukup lama. Saya bilang, dicoba saja, siapa tahu enak, saya bosan masakan daging yang itu itu saja.

Nah, resepnya pakai acara browsing, akhirnya dipilih yang pakai bumbu ketumbar.



Bahan utama
1. Daging sapi, potong dadu, susun pada tusukan sate
2. Sambal kecap, yang berisi irisan bawang merah, cabe dan sedikit garam
3. 150 ml kecap manis
4. 1 sendok makan ketumbar bubuk
5. 2 sendok makan minyak goreng
6. 1 sendok makan air asam jawa

Bumbu Halus
1. 4 butir bawang merah, rebus
2. 3 siung bawang putih, rebus
3. 5 cabai merah, rebus
4. 2 sendok makan saus tomat
5. 2 sendok teh garam
6. 1/2 sendok teh merica bubuk
7. 15 gram gula merah

Cara memasak:
1. Aduk rata daging sapi, bumbu halus, kecap manis, ketumbar bubuk, minyak goreng, dan air asam jawa. Diamkan dua jam agar bumbu meresap
2. Bakar diatas pan Happycall yang sudah dipanaskan, sambil dioles sisa bumbu sampai matang.

Saya lebih suka bumbu kecap, makanya ditemenin sama sambal kecap satenya.

note: jika khawatir daging kurang empuk, bungkus dengan daun pepaya saat daging didiamkan dua jam (katanya...)
Share on:
Saat menulis postingan ini saya sedang termangu didepan laptop, bingung akan melakukan apa. Di email saya ada dua puluhan proposal mahasiswa yang harus saya review...

Well, puluhan proposalnya perlu rombakan yang lumayan.
Tapi sejak kemarin saya bingung, harus mulai merombak dari mana.

Untuk orang yang dikategorikan melankolis sempurna, melihat kesalahan demikian bukan hal yang mudah. Tangan saya gatal ingin merevisi proposal-proposal tersebut, apalagi, karena berkali-kali, di kelas, saya sudah mewanti-wanti apa yang termasuk "Do" dan "Don't" dalam pembuatan proposal.
Sampai berbusa-busa saya menerangkan, tetap saja mereka melakukan hal-hal yang termasuk kategori "Don't" , kurang ini dan itu dan lain sebagainya.

Dan alunan musik tidak jelas dari tetangga sebelah yang sedang hajatan, melengkapi suasana jadi semakin tidak jelas. Saya tidak pernah bisa bekerja dengan suara bising di sekitar..

But i know, i can't revise their proposal
they will not learn anything from my revision

Sampai-sampai, saya harus mendownload quotes berikut




The only way to make them learn is let them do their mistake.. :p, the best i can do is give them advise to fix the proposal, but if they still repeat the same mistake.. err lets pray to God for the end of story :).
Share on:
Ah..terkadang, menulis memang harus dipaksa. Jadi ceritanya untuk mengalahkan rasa malas saya menulis, postingan ini harus dibuat hehehe. Kalau mau mudah, beli saja, masih murah kok harganya :). Tapi tidak tahu kenapa, saat pengajian di rumah kemarin, saya dan ibunya farhan aisha malah memilih untuk membuat snack sendiri. Salah satunya risoles ini.

Tumpukan risoles, siap dimasukkan ke box
Bahan untuk isi :

  • 400 gram wortel, diiris kotak-kotak
  • 300 gram kentag, diiris kotak-kotak
  • 3 siung bawang putih
  • lada bubuk secukupnya
  • garam secukupnya
  • gula pasir secukupnya
Kalau mau untuk isi, bahan bisa di tambah/substitusi dengan ayam fillet, 5 sendok makan tepung terigu dan susu cair secukupnya.

Kemudian tumis bahan isian sampai masak.
Ini bentuk isian yang telah ditumis

Bahan untuk kulit:

  • 250 gram tepung terigu
  • 2 butir telur
  • 2 sendok makan minyak goreng
  • air secukupnya
  • garam secukupnya
Untuk membuat kulit risoles, campur semua bahan kulit sampai teraduk rata, kalau perlu adonan disaring. Ambil satu sendok sayur, buat dadar pada wajan teflon, goyang wajan ke kiri dan kanan untuk membuat adonan tipis merata. Segera angkat, setelah semua bagian dadar tidak ada yang putih.

Adonan risoles yang sudah dilipat

Masukan isi secukupnya, lipat sesuai dengan selera. Untuk menggoreng risoles, kocok satu butir telur. Gulingkan risoles pada telur, kemudian tepung panir. Agar tepung lebih melekat sempurna, diamkan risoles yang sudah dibaluri tepung panir di kulkas setidaknya satu jam sebelum digoreng.

Ini hasil yang sudah digoreng, tapi sepertinya yang ini terlalu coklat :)

Jika jarak menggoreng agak lama, adonan risoles yang sudah diberi tepung panir, dapat pula disimpan di freezer, diamkan dalam suhu ruangan, baru kemudian digoreng. Selamat mencoba.

Oh ya, sekarang untuk membuat kulitnya, ada wajan khususnya lho, bentuknya seperti ini. yang dipakai bagian bawah dari si wajan, lebih mudah memang, tapi adonan harus bagus.


Share on:
Waktu pertama kali ibu kost menggambarkan bentuk makanan yang akan dibuat, benar-benar tidak bisa dibayangkan seperti apa bentuknya. Setelah dilakukan step by step, ternyata benar puding ini lucu bentuknya, mirip sekali seperti telur ceplok setengah matang. Dan cara membuatnya ternyata mudaaah sekali. 



Bahan-bahan :

Puding Kuning Telur
  • 200gr labu kuning,dikukus lalu haluskan (bisa diganti dengan mangga, pepaya atau pewarna biasa, kalau pepaya atau mangga diblender saja, beberapa resep juga menggunakan nutri jell kuning, bukannya agar-agar)
  • 1/2 bungkus agar-agar warna putih
  • 50gr gula pasir
  • 300ml santan
  • sejumput garam


Puding Putih Telur

  • 500ml santan/susu
  • 125gr gula pasir
  • 1/2 bungkus agar-agar warna putih
  • 1sdt jeli bubuk
  • sejumput garam


Cara membuat :

  • Buat puding kuning telur : campur jadi satu agar-agar putih, gula pasir garam dan santan. Masak sampai mendidih, angkat lalu masukan labu kuning yang telah dihaluskan, aduk rata.
  • Masukan dalan cetakan kue talam 3/4 nya saja, diamkan sampai mengeras, sisihkan.
  • Puding putih telur : campur jadi satu semua bahan masak sampai mendidih, angkat.
  • Puding kuning telur yang sudah set/ mengeras simpan di plastik mika,tuang puding putih di sekelilingnya biarkan mengeras dan simpan dalam kulkas.
  • Puding siap dinikmati.

Share on:
Among my classmates, maybe only me who prepared a list of places that i want to visit before getting to the Netherlands. Often my  friends made a joke that my main goal was traveling to the Netherlands, studying here is my second goal. Yup, they were not 100 percent wrong, I applied StuNed since 2008, ever had a letter of acceptance from Groningen and Twente, but failed to StuNed qualification and in Dikti scholarships interview. Finally, i decided to take my master degree in ITS, Surabaya. So if i have opportunity to study abroad my destination might be the Netherlands or Australia. 

I knew Madurodam even since elementary school, because had read a review in Bobo magazine. I also want to visit Giethoorn,  after read its review in one newspaper, a dozen years ago. Every time I see a place that i want to visit, i'll pray, i hope one day, Allah gives opportunity to get there. 
Some capture from Germany, Paris, Belgium and Netherlands Trip
Every friday, usually our lecturer slip some travel information, places to visit for the weekend, and after that my friends will ask, Astria, is that place in your list, when we will go there? or maybe, do you have any plans for that place? After a long time, I finally made ​​a list of places and dates, I usually adjust to weather or other friends appointment. For example, when we went to the Keukenhof flower garden, the event is planned on Sunday, because on Saturday, i have to go to the Embassy for General Election and some friends participated in International Sports Day at The Hague. There are two places removed from the list, Volendam and Drielandenpunt. Volendam failed, because it was too much time to the Hague Centrum on April 5. The highest point of the Netherlands, Drielandenpunt, failed because adventure tour (up to the hill), as it is just interesting to me and Yonten, others are not interested. I usually order the ticket via the web,  then borrow Mr. Roslan ATM card, and print the electronic ticket.

Since i stepped on Schiphol airport, my wish list actually achieved one. Although initially, Enschede is a city whose name is not familiar, but the city that is more suitable called a a village, hehehe is a very comfortable place. I don't like the hustle and bustle of Amsterdam or Rotterdam with towering buildings. Enschede, a small town that can be surrounded with walking or cycling, is located in the eastern part of the Netherlands and directly adjacent to Germany.

To reach Enschede, it took two hours trip using train from Schiphol. The ticket price normally is 22.8 Euro. That train ticket was the part of scholarship reimburst, so i dont have to worry about that. ITC campus can be reach by walk from the hotel. Going to open market,centrum, shops, train station and bus station only need some minutes from ITC Hotel. So the matter that have to be thought was traveling cost and how to go there. The transportation system in the Netherlands is very convenient, but the cost is quite expensive.

Prior to the Netherlands, mas Handika sent leaflets of PPI Enschede. Some web links listed there for transportation. 
  • ns.nl , Netherlands train schedule
  • connexxion.nl , bus schedule
  • 9292.nl , door to door trip planner
  • spoordeelwinkel.nl , web package for train trip
  • Groupticket web page, the most commonly used at the following link .

First weekend in the Netherlands, i did not go anywhere. The first week was weather adaptation, on saturday i spent with shopping and sightseeing,  going to Open Market. On Sunday,  i attended IMEA (Indonesian Moslem in Enschede Association) meeting which was held at ITC hotel. End of second week, some friends prepared to get ready for the exam on that week, so i choose to walk alone around Enschede and ended up with took some photos at Volkspark. Third weekend, our traveling started with the route Munster, Cologne and Dortmund. After that, almost every weekend we always go to somewhere. Usually we chose to go on Saturday, on sunday we stay in the hotel to take some rest, because  traveling in the Netherlands has a literal sense, walk very much.

Destinations were usually the main cities in the Netherlands, while the surrounding country that was visited was, Germany, France and Belgium. For traveling detail, I have to thanks a lot to mas Aris, who gave answer for any technical questions and how to go here and there hehehe. In addition, I search information by blogwalking and check at  9292.nl.

All stories written and transportation in this blog is the one that i know and use, so maybe there are other modes that i do not know  yet. Below, is a summary of some of the transport being used as intended.

1. Germany
When we travel to Germany, we use the so-called weekend ticket, Schones-Wochenende-Ticket, which is valid for a day starting at 12 am until 03 am the next day. Tickets can be purchased at ticket vending machines at a price of 44 euros , valid for 1 to 5 people. If purchased in the DB Travel Centre costs 46 euros and if bought in a train attendant costs  7.5 euros as an addition. Terms of tickets can be found at the following link .

Weekend ticket for 5 people
2. Netherlands
Almost all modes of transportation using Ov-chipkaart, a smart card that is filled with a certain money with the provisions of "tap" before and after the use of a particular vehicle. When in Perth, it similar to the Transperth. And guess what , i dont have ov-chipkaart. I decided not to buy it, due to Enscehede is the city that far from the center of Netherlands, the cost is still expensive if you want to go to another city. Me and my friends use other means to travel more cheaply. The most commonly used is group ticket with the train. There are three types of trains that I know, the first ICE, fast train, hmmm coincidence has never been board on it. Secondly, Intercity, 1st class and 2nd class, because always used a group ticket  so we were on the 2nd class. Intercity has WiFi from T-Mobile on the train. The third,  Sprinter, this train stops at every station, both large and small and does not have WiFi on the train.

a. Groupticket
Groupticket slightly different to the Netherlands and Germany trains. Group ticket purchased online with the provision of a minimum of 4 and a maximum of 10, the price will be more cheap if it reach 10 people. Can be used all day during the weekend and after 09:00 pm on weekdays. Price for four person is 12.25 Euros and if ten people reaching 6.4 euros/person. Tickets should be printed from a pdf link that was sent throught an email. The rules and detail can be viewed at the following link . Group ticket purchased using e-banking or credit cards, we usually use Mr. Roslan account, and we pay in cash to him.

Netherland's group ticket
b. dayticket / Daagkart
Besides ov-chipkaart and groupticket, I also used dayticket, commonly called daagkart. These tickets can be used personally, so no need to gather people to the group, valid all day. Daagkart sold interchangeably by the minimarket/supermarkets network in the Netherlands such as Jumbo, Albert Heihn, Kruidvat, Hema or Blokker. Daagkart price and regulations  are vary, Daagkaart Kruidvat  for example will cost 13.99 Euros, only valid on weekend and  certain date intervals.

Daagkart from Kruidvat
c. Buses and Tram Ticket
Me and my friends rarely use buses and trams, more often we going around by walk, but if the destination was too far, we used the bus or tram. The price is actually a little more expensive because we buy in cash to the driver or staff on the tram. For example at The Hague and Amsterdam, the fare is 2.8 / 3 euros and tickets are valid for 60 minutes. When  we went to Giethoorn, price of a bus ticket is 4.5 euros or 9 euros for return.

Bus and tran ticket 
Bus tickets from the train station to Giethoorn
d. Tickets entry tourist spot with Holland Pas
Most of the places we visited were free, but there are some locations hehehe paid. When we went to Madurodam, we used group tickets that a little cheaper, we also use the ticket to Keukenhof in the form of a packet bus and admission to Keukenhof. There is also an alternative way to address the high cost of ticket entry using Holland Pas .

I got Holland Pas as a gift from Chen Li to enjoy the Canal Cruise in Amsterdam. Holland Pas  has Silver and Gold package ticket that can be used for different tourist attractions and places. Holland pas package price is much cheaper when compared with buying a ticket one by one. But you have to notice the use of the ticket and the selected destination. Gold Card is more valuable than Silver Card. Detailed information can be found at the following link.

3. French
a. By Bus
We did the trip to France after the second module exam. We used Megabus, which departed from Amsterdam on Friday night and back again from France on Sunday. I ordered two groups-trip ticket to Amsterdam from Enschede and return. We will be on the bus for about 8 hours. Do not imagine executive night bus like in Indonesia hehehe cheap price adjusted for the services that we obtained. When ordering, we got the price of 37 euros  for return ticket Amsterdam-Paris trip. There is also Eurolines that serve that route. Eurolines is slightly more expensive than Megabus. Details for Eurolines is on the following link , and Megabus web at the following link.

b. By Train
If you want to travel faster, Thalys trains  that only 3-4 hours  from the Netherlands, could be an option. Normal price is expensive, around 140 euros for a single trip. However, if planned well then you can get a price of 50 euros for a single trip Amsterdam-Paris.  Just try to  check the following link , for the price of a cheaper Thalys trains.

c. Paris Metro and RER to Paris sightseeing
French subway was awesome, although initially looks complicated, but  after some time, it quite easily and reach various destinations in Paris. Just make sure do not misread that map or direction hehehe choose wrong metro direction, means we must wade or stay to the next station and then back again to its original destination. I also used Paris Metro Map application in my Android, really helpful.

Paris Metro ticket
4. Belgium
I was originally going to cancel travel to Belgium, because my classmates were not interested to this country. But apparently some Indonesian friends were planning to go there, so i visited to Belgium. The trip was planned only to Antwerp instead arrived to Brussels. We boarded with the train using group ticket to Roosendaal, the last town on the border with Belgium, and then took the train to Brussels and Antwerp
Belgium train ticket
So far, it was only four countries visited. Especially vacation time was limited, shortcourse was just off on Saturday and Sunday, so the destination is usually thought that could be achieved in one day. One more day is used for breaks. Details of the cost and the path for each destination I will discuss on the next post.


Share on:
Satu hal yang saya amati pada maskapai ini, hobby sekali memindahkan jadwal penerbangan penumpangnya, setidaknya yang saya alami demikian. Meski begitu, tidak ada delay dalam penerbangannya, tetap tepat waktu sesuai jadwal. Tiket pesawat disiapkan oleh pihak Neso Indonesia sejak sebelum proses pembuatan visa dengan tanggal penerbangan 18 Januari 2014 dan 12 April 2014. Jalur penerbangan yang ditempuh adalah Jakarta-Kuala Lumpur, transit sekitar 3 jam kemudian lanjut 12 jam penerbangan menempuh Kuala Lumpur-Amsterdam. Untuk tiket Bandar Lampung-Jakarta, saya memesan sendiri, setelah sampai di Belanda, tiket tersebut kemudian reimburst ke pihak Neso Indonesia dan dana penggantiannya dikirim langsung melalui rekening. Yang perlu dilakukan adalah mengirimkan tiket dan scan boarding pass melalui email ke staf Neso.

1. Flight Jakarta-Kuala Lumpur-Amsterdam
Saya sampai di Bandara Soekarno Hatta sekitar jam 5 sore. Masih agak lama sebenarnya, karena jadwal penerbangannya adalah jam 8 malam. Tapi demi melihat kondisi Jakarta yang hujan deras sampai malam, saya memutuskan pergi lebih awal, apalagi setiap pagi, terdengar berita jalan tol bandara selalu tergenang air cukup tinggi. Saat check in, saya cukup was-was dengan berat koper yang akan dimasukkan bagasi. Belum pernah rasanya menyeret koper seberat ini. Sempat duduk-duduk di luar satu jam untuk menelpon keluarga dan lain-lain, akhirnya jam 6 sore saya memutuskan untuk check in.

Saat check in, saya baru tahu, berat koper saya hanya 23 Kg dan petugas check in malah menawarkan, mbak..pindah saja ya penerbangannya satu jam lebih awal, penerbangan aslinya jam 8, dan hanya punya jeda 1 jam di Kuala Lumpur untuk transit. Transfer antar gate mungkin cukup memakan waktu, karena alasannya masuk akal, saya mengiyakan, penerbangan ke Kuala Lumpur dimajukan satu jam jadi jam 7 malam.

Artinya..saya harus segera menemukan gate, karena pesawat akan berangkat jam 7, dan saya check in sekitar jam 6 hehehe. Dan gate nya memang cukup jauh... Saya sampai, pas dengan pemanggilan penumpang masuk ke pesawat.

Karena mengejar pesawat jam 7, saya tidak sempat memberitahu keluarga. Itu sebabnya saat sampai di Malaysia dan mengirim BBM bahwa saya sampai Malaysia, mereka bengong, kenapa sampainya lebih cepat? dan baru kemudian saya cerita kalau dipindahkan jadwalnya satu jam lebih awal. Saya tidak tahu, apakah karena saya sampai Kuala Lumpur International Airport (KLIA) sudah malam (dan pagi buta saat pulang), saya merasa bandara ini tidak terlalu ramai, lebih teratur dan terkontrol, tidak seperti Soetta atau Juanda yang katanya sudah kelebihan kapasitas.

Semua yang melihat foto ini di BBM dan WA sepakat KLIA cantik dengan lampu-lampu itu
Proses mencari gate untuk penerbangan Kuala Lumpur-Amsterdam juga tidak sulit, ada banyak penunjuk jalan. Toilet bersih, sinyal wifi bagus, komputer gratis tersedia di beberapa sudut dengan koneksi internet, stop kontak untuk charger juga berfungsi. Kursi yang nyaman di ruang tunggu juga disediakan. Proses pindah antar gate yang jauh dipermudah dengan kereta ekspres Aerotrain yang berangkat setiap sepuluh menit.

Saya sempat membuka laptop, posting status, sambil menunggu proses charge handphone. Penumpang di sekitar mulai berubah. Penumpang sebelumnya didominasi wajah Asia. Penerbangan selanjutnya, semakin banyak wajah Eropa yang menunggu pesawat. Sesekali, percakapan dengan bahasa Jerman dan Belanda juga terdengar. Pesawat berangkat jam 12 malam dari KLIA, saya sebenarnya sudah mengantuk sekali, kelelahan sejak 3 hari sebelumnya, karena hanya tidur 3-4 jam saja. Diperparah dengan rutinitas meminum obat anti mabuk setiap perjalanan jauh.

Yup, selama 12 jam selanjutnya, Kuala Lumpur - Amsterdam, saya tidur dengan sukses. Saya bangun hanya untuk shalat, ke toilet, dan dibangunkan pramugrari untuk makan hehehe Meski ada fasilitas musik dan film yang bagus-bagus, hanya sempat mengintip judulnya, mata saya memang tidak bisa melek. Bahkan meski penumpang di sebelah saya bayi yang sebentar-sebentar menangis, tidur saya tidak terganggu. Menu makannya adalah nasi ayam dan nasi lemak dari Malaysia Airline. Rasanya sebenarnya lumayan, nasi lemak itu semacam nasi uduk, tapi rasanya, saya lebih suka nasi uduk bikinan saya deh.

Ini nasi ayam plus oseng-oseng buncis

Nah ini nasi lemak, plus sambal udang, menunya porsi besar, plus roti, buah, yoghurt, milk tea err plus jus buah
Saya terbangun kurang lebih dua jam sebelum mendarat, anggap kegiatan ke toilet, shalat, makan dan lain-lainnya dua jam berarti selama penerbangan saya sukses tidur 8 jam hehehe. Jam 5 pagi, hari minggu, 19 Januari sampai di Schiphol. Dua meter setelah keluar pesawat, udara dingin menyergap, melirik accuweather di hape saya melihat suhu 2 derajad, seketika saya berhenti, mengikuti ratusan penumpang lain yang mulai mengenakan jaket.

Proses pemeriksaan imigrasi berjalan lancar, entah karena terlalu excited sampai di Belanda atau karena tidur yang cukup, saya tidak terlalu kelelahan. Beruntungnya saya, selama proses kedatangan di Belanda banyak dibantu PPI Enschede. Saya mendapat kontak mas Handika lewat web PPI Enschede, kemudian diteruskan ke ketua PPI Enschede yang baru, Rusydi. Rusydi banyak memberi petunjuk lewat kontak whatsapp. Sampai di Schiphol, saya mengontak Aufar, yang katanya saat itu juga lewat Schiphol. Untuk ke Enschede butuh dua jam perjalanan dengan kereta api. 

Kontak dengan Aufar dilakukan dengan whatsapp via WiFi Bandara. Di Bandara dan stasiun kereta ada sinyal WiFi dari provider KPN. Tapi  WiFi KPN hanya bisa aktif 30 menit. Jam 10, saya bertemu Aufar di Meeting point Bandara Schiphol. Selama menunggu Aufar, saya sarapan, kebetulan bawa roti butter bawaan dari Lampung hehehe. Aufar membantu untuk membeli tiket kereta sekitar 23 euro, dan membawakan koper berat itu sampai ke kereta (Thank you Aufar ^_^). Selama di kereta api digunakan WiFi dari provider T-Mobile. Pemandangan sepanjang jalan hmmm rumput..rumput...sapi...rumput...hehehe. Sampai di Enschede Train Station, Rusydi sudah menjemput dan membantu check in sampai di ITC Hotel (Thanks ya Rusydi). Meski tidak diserang mengantuk, tapi saat itu yang ada difikiran saya adalah meluruskan punggung hehe.

2. Flight Amsterdam-Kuala Lumpur-Jakarta
Cerita perjalanan pulang ini cukup mencekam, terutama dengan kisah hilangnya pesawat Malaysian Airlines saat itu. Bahkan Ibu saya, sempat bilang dengan kakak, kalau bisa jangan naik Malaysia Airlines lagi hahaha apa daya si tiket kan sudah jauh-jauh hari dipesan plus tanggal dan lain-lain. Pesawat jam 12 siang berangkat dari Schiphol, hari Sabtu 12 April 2014. Sekali lagi, saya merasa maskapai ini hobby memindahkan penumpang. 


Saat check-in si mbak menawarkan, mereka sedang mencari penumpang yang mau sukarela dipindahkan ke pesawat lain, Garuda Indonesia, dengan jalur Schiphol-Dubai-Jakarta, tapi berangkat jam 2 siang karena overbooking. Iseng saya kambuh, dan saya bilang, oke deh saya mau. Ternyata saat saya sampai di Gate, sukarelawan sudah terpenuhi, yah batal deh, pulang lewat Dubai.


Dan sepanjang perjalanan, yup, setiap tersadar dari pengaruh obat anti mabuk, harus banyak-banyak berdo'a dan istighfar. Dari 12 jam penerbangan Schiphol-Kuala Lumpur, 10 jamnya pesawat banyak mengalami turbulence, puluhan kali, terdengar peringatan, Fasten Your Seatbelt.. Ting..Fasten Your Seatbelt... Ting..Fasten Your Seatbelt. 

Tapi ya penumpang cuek saja, ke toilet juga tetap dengan peringatan tersebut. Mencoba menikmati perjalanan, saya memilih beberapa film, menonton sebentar, kemudian tertidur dan seterusnya, dengan tetap deg-deg an karena goncangan pesawat yang luar biasa. 

Nonton Olaf..lagi..dan lagi..

Potatoes and Lamb

Nasi Lemak dan telur, pengaruh goncangan membuat tidak satupun foto untuk menu ini yang nggak nge-blur
Sampai di KLIA sekitar jam setengah enam pagi, masih gelap, saya mengikuti penumpang lain menuju Gate untuk penerbangan Kuala Lumpur-Jakarta. Karena masih lama waktu transitnya, saya agak lama jalan-jalan dan foto di seputar KLIA. Sampai di Gate pun, saya masih menunggu sekitar dua jam sebelum pintu Gate dibuka. Nah saat di penerbangan ke Jakarta, ternyata ada juga titipan penumpang dari Garuda Indonesia sepertinya, saya tidak tahu dari jalur mana. Isi penumpang didominasi oleh wajah India. Berbeda dengan penerbangan jauh dari Belanda, flight ke Jakarta diberi snack berat, seperti foto terakhir. Berikut adalah dokumentasi foto di KLIA. 
Ayoo pindah Gate ya

Yang merah itu Aerotrain, kereta untuk perpindahan antar Gate yang jauh, cepat, bersih dan nyaman

Aerotrain yang satunya sepi, saya sampai sekitar jam 5.30 pagi soalnya

Miniatur Garuda Indonesia di Salah Satu Sudut KLIA

Hmm lampu-lampunya memang cantik, seperti bintang-bintang bertaburan

Sunrise di depan Gate yang ke Jakarta

Gak ada pilihan lain, hanya menu ini untuk perjalanan Kuala Lumpur-Jakarta
See you at the next posting..


Share on:
Salah satu sahabat saya pernah bilang ke saya suatu waktu, kurang lebih kalimatnya seperti ini
"Tri, kalau aku punya uang, aku bakal kirim kamu ke sekolah kepribadian, biar belajar bisa senyum.."
Saya tidak tahu dia ingat atau tidak pernah mengucapkan kalimat tersebut, tapi sejak saat itu saya benar-benar belajar keras untuk tetap bisa tersenyum meski sedang sangat bad mood..gak selalu berhasil sih.. hehehe tetap saja, template wajah saya memang  kalau sedang diam, sangat serius, cenderung terlihat sedang marah, apalagi kalau memang beneran marah hahaha

Ya, perjalanan hidup saya, mengajarkan banyak hal untuk tetap waras, bersyukur dan tersenyum, then your life will be better ^_^

Di awal-awal latihan dulu, setiap pagi dan sore, saya menggunakan webcam di laptop untuk latihan. Setiap pagi, duduk di meja kerja dan take a click! di sore hari, setelah rusuh bolak-balik di dua kantor, another click. Hmmm memang ada perbedaannya, wajah fresh di pagi hari dan setelah bersentuhan dengan banyak pekerjaan di sore hari hehehe Kalau pagi-pagi dan wajah tetap terlihat stres, berarti sisa pressure hari sebelumnya terlalu berat hahaha

And i tried soo hard, learn to keep smiles.. tidak harus ada sesuatu yang lucu, atau lawakan, kadang menertawakan kebodohan dan kekonyolan diri sendiri juga cukup menghibur. Setelah tersenyum, kita sadar ada banyak hal di sekitar kita yang patut disyukuri dibandingkan menyesali keapesan kita.

Waktu di Belanda, salah satu teman pernah tertawa dan gak percaya waktu saya bilang saya pernah jadi orang yang pemarah ( iya sih dia beruntung nggak pernah lihat saya marah ), dan sisi melankolis sempurna saya kadang saya abaikan, karena saya belajar bahwa semua orang nggak sama, akan sangat melelahkan kalau menginginkan dunia ini sempurna dan jadi sangat membosankan kalau isi dunia ini orang-orang yang karakternya sama.

Jadi ceritanya, latihan senyum ini, membawa banyak berkah selama di Belanda. Bahkan, saya yang biasanya hanya mengeluarkan suara kalau ditanya pun, jadi belajar ngobrol dengan orang baru, ya sebagian besar karena memang semuanya orang yang baru dikenal kan?

Waktu mau beli bunga di BloemenMarkt, Amsterdam, ternyata penjual bunganya muslim, ngobrol dengan beliau dan saya dapat layanan yang sangat baik. Sebelumnya si Bapak penjual bunga agak bete karena banyak pengunjung yang tidak membeli bunga, tapi hanya sekedar foto-foto dengan bunga-bunga cantik di tokonya,  plus gratisan satu pot bunga ungu untuk ulang tahun saya hehehe.

Kali lain waktu mengunjungi Zaanse Schaan, seorang Bapak tua bergamis membantu saya mengeluarkan peta dari mesin, yang kebetulan, tenaga saya tidak cukup untuk menarik tuas mesin tersebut. Sepulang dari Madurodam pun sama, tiga orang kakek dan nenek yang duduk di sekitar kami di kereta, ikut tertawa dan larut dalam percakapan ketika bercanda dengan teman-teman yang kebetulan tidak mendapat tempat duduk sepanjang Amsterdam-Enschede.

Sepekan sebelum pulang ke Indonesia, saat membeli souvenir di Amsterdam, saya yang membayar terakhir dibandingkan teman-teman, sempat ngobrol dengan penjaga toko, yang kebetulan muslim, dan saya mendapatkan discount hampir 15 euro, berupa penambahan item barang dan juga hadiah langsung, bebas memilih beberapa item souvenir.

I got this money,  err as a good bye present? hehehe
Salah satu pengalaman yang berkesan adalah sepuluh euro yang saya peroleh dari ADA Supermarket. Jadi, 3 hari sebelum pulang, saya berencana memasak nasi uduk. Biasanya untuk belanja daging halal, saya membeli di ADA Supermarket. Hari itu meski sedang sangat sibuk dengan coding final project, saya menyempatkan belanja sendirian, biasanya selalu belanja dengan teman-teman.

Saat memesan daging saya sempat ngobrol dengan penjaganya, bahkan sempat membahas nama saya, dan mereka keukeuh nama saya berasal dari nama Aisyah, istri Rasulullah, meski sudah saya jelaskan nama saya Astria bukan Aisyah. Saat memilih sayuran pun saya sempat ngobrol dengan penjaga karena label harganya tidak ada. Pada waktu menunggu giliran di kasih, si bapak penjaga yang sama muncul, dan akhirnya kami malah ngobrol lagi, dia sempat bertanya apakah layanan dan daging disini good or not, dimana saya sekolah, saya tinggal dan lain-lain. Saya sempat menyatakan bahwa course singkat saya sudah hampir selesai dan rencananya hari Sabtu saya akan pulang ke Indonesia. Beliau menyatakan salam dan semoga selamat sampai tujuan, kemudian tiba giliran saya di kasir. Selesai membayar, saat sampai di pintu supermarket kemudian si Bapak menyusul dengan cepat dan menyelipkan sesuatu di kantong belanjaan. Saat tahu itu uang, saya bingung, what for? tapi si Bapak menepuk pundak saya, dan bilang, "its okey, that's for you, take care..". Mirip seperti Bapak kalau ngasih uang jajan sama anaknya. Dan saya pun hanya bisa berlalu, smile and say thank you. Sepanjang jalan ke Hotel, masih tidak habis fikir, ah..rezeki, memang harus disyukuri.

Share on:

My personality type : the determined realist


I got the result from that link, most of them are true. Just sometime, i let myself not really strict to the rules, let something flow as it is :), always determined realist made me feel like a robot, without feeling.

Determined realists like to bear responsibility and welcome challenges. They are stable, reliable persons. External contacts are very important to them; they mix well and are very active. They are excellent organizers and are very happy when things are done correctly and punctually; they can quickly react impatiently if others are not as conscientious, orderly and dutiful as they are. 


They prefer structured work which produces visible results quickly to abstract, long-drawn-out processes. Determined Realists have no problem with routine as long as it serves efficiency. However, they very much dislike unexpected and unpredictable occurrences which mess up their careful plans. Once they have committed themselves to a cause they do this with dedication and are willing to make considerable sacrifices for it.

Determined Realists do not avoid conflicts and criticism but face up to them and look for solutions. As they have a keen eye for the errors and shortcomings of others and are often quick at expressing criticism, they sometimes rub people up the wrong way especially when they lose their temper and jump to conclusions. Due to their marked sense of justice they are quickly willing to correct themselves and never take offence if someone speaks to them frankly. You do not have to seek hidden motives with them; you always know where you are. Determined Realists are often found in executive positions as they combine commitment, competence and the ability to assert themselves. In their spare time, they often also accept responsibility in clubs and other institutions. 


Traditions rate highly with Determined Realists. They attend every family event and never forget a birthday or wedding anniversary. Family and friends are very important to them. With their open, communicative manner, they find it easy to get to know people and have a large circle of friends and acquaintances. They are never superficial, but reliable and loyal friends who are always there when they are needed. Determined Realists take their relationships very seriously - they dream of finding a partner for life. In a love relationship, they seek above all stability and loyalty and here, too, they are willing to invest a lot in a harmonious togetherness. Determined Realists master crises or difficult phases with composure; they would never think of breaking a promise given. As a partner, one can always rely on their support.

Adjectives that describe your type
extroverted, practical, logical, planning, direct, structured, conscientious, responsible-minded, self-confident, critical, honest, orderly, reliable, controlled, objective, able to concentrate, resolved, purposeful, communicative, with a sense of duty, tradition-conscious, stable, able to deal with conflicts, solution-oriented, relationship-oriented, efficient, impatient, warm-hearted, competition-oriented
Share on:
Tidak terasa, (sebenarnya terasaaa sekali) sudah 9 pekan mencicipi tinggal di Belanda. Adaptasi terhadap cuaca dan suasana belajar cukup menyita waktu. Sebelum berangkat ke Belanda, saya sudah bertekad akan menulis setiap pengalaman disini. Tapi ternyata, meskipun hanya shortcourse, perkuliahan disini cukup mengagumkan (baca : mengagetkan). Meski telah ditempa dengan kerasnya jadi mahasiswa ITS saat S2, saya cukup merasa keteteran dengan jam belajar. Tugas kuliah sebenarnya ringan, kalau dibandingkan dengan perkuliahan ITS, mungkin cuma sepersepuluhnya. Tapi jam kuliahnya luar biasa, sejak pagi sampai menjelang maghrib. Pada modul pertama, karena masih winter, berangkat kuliah sehabis shubuh, pulang menjelang Isya ^_^. Praktis, sesampainya di hotel, waktu dimaksimalkan untuk istirahat.

Ketika postingan saya tentang jilbab di share di salah satu group fb, saya tertarik untuk menuliskan ulang pengalaman tersebut dalam postingan blog. 


Disini, saya merasakan jilbab sebagai identitas muslimah.
Kemanapun saya jalan-jalan, berpapasan dengan sesama muslim kerap mendapat sapaan assalamu'alaikum plus senyum, dari berbagai suku bangsa. Tidak jarang, bahkan saya kaget, tiba-tiba mendapat salam dari orang yang sedang bersepeda soalnya saya termasuk orang yang tidak konsen dengan lingkungan sekitar kalau jalan .

Ini kali kedua, saya keluar negeri. Meski dua-duanya untuk pelatihan singkat. Tahun 2007, saya pernah tinggal di Fremantle dan Perth, Australia untuk 3 bulan juga. Secara umum, sebenarnya suasananya tidak jauh berbeda, sebagian besar dari mereka ramah, setiap bertemu saling menyapa meskipun tidak kenal. Namun Fremantle, tempat saya tinggal dulu merupakan kota wisata, jadi penduduk setempat lebih mendominasi. Jumlah orang Indonesia disana tidak terlalu banyak, kecuali kalau pergi ke daerah Cannington atau Perth.

Jadi apa hubungannya dengan jilbab? Saya pernah ditertawakan oleh segerombolan remaja saat ke Minimarket, mereka merasa aneh dengan pakaian yang saya kenakan. Karena mereka memakai bahasa Inggris, ya tetap saja saya dengar apa yang mereka obrolkan tentang saya. Satu dua kali, saya bertemu sopir bus, yang enggan menurunkan tangga otomatis untuk naik ke bus Transperth di Bus Stop, padahal kalau yang naik penduduk lokal, mereka melayani dengan baik. Itu karena, lingkungan mereka tidak bersentuhan dengan komunitas Islam. Tapi itu beberapa tahun lalu, mungkin sekarang kondisinya sudah berubah.

Disini, Belanda dan Enschede khususnya, jelas berbeda. Dimana-mana pasti bertemu dengan orang Indonesia. Dan komunitas muslim juga lumayan banyak. Di ITC Hotel tempat kami tinggal, ada ruangan yang difungsikan sebagai musholla. Di gedung perkuliahan ITC Lantai 3, juga ada ruangan yang difungsikan sebagai masjid. Setiap jum'at juga diselenggarakan shalat jum'at di tempat tersebut.


Saya pernah bertanya kepada teman dari Malaysia, kalau shalat jum'at, masjidnya penuh nggak? dan beliau mengiyakan. Jumlah muslimahnya mungkin tidak sebanyak muslim. Itu sebabnya, saya menyatakan bahwa jilbab merupakan identitas muslimah. Bertemu dan beraktifitas seharian, menyebabkan mereka mengenali saya dan jilbab, meski hanya kenal wajah.

Ih ge-er? hmm rasanya tidak hehehe
Saya pernah jalan-jalan sendirian ke Volkspark, dan bertemu seorang Profesor dari Iran, saya tadinya tidak kenal, ternyata beliau menyapa, karena merasa sering melihat saya di ITC. Malah kemudian kami jadi saling menolong, karena sama-sama datang sendirian, kami saling meminta bantuan untuk foto hahaha.

Kali yang lain, tidak sengaja saya memakai pashmina, karena kebetulan koleksi jilbab yang sudah disetrika habis. Dan waktu saya menuju masjid untuk shalat dzuhur, seseorang menghampiri saya hanya untuk mengatakan "Hai, i saw you before, you looks so beautiful with this scarf". Asli saya bengong sejenak, kebetulan saya memakai pashmina motif tenun Lombok hari itu. Saya semakin sadar, dan bersyukur, saya mudah dikenali dengan jilbab saya. Juga..kalau sedang jalan-jalan di keramaian, saat terpisah dari rombongan, biasanya teman-teman mudah menemukan saya hahaha karena jilbab saya biasanya berwarna cerah.



Pengajian IMEA (Indonesian Moslems in Enschede Association) - Jan 2014

Termasuk juga ratusan pertanyaan dari teman-teman, kenapa kamu pakai jilbab, sejak kapan pakai jilbab, kenapa ada yang pakai cadar, siapa yang boleh lihat tanpa jilbab, berapa kali shalat, ngapain aja kalau berdo'a, berapa menit berdo'a, jam berapa saja berdo'a, kalau kepanasan boleh nggak lepas jilbab, kalau pakai jilbab boleh nggak berenang, seperti apa bajunya dalam pernikahan, boleh nggak pacaran, kenapa kamu pakai rok, boleh nggak pakai jilbab warna warni, apa yang boleh dan nggak boleh sebelum menikah, gimana caranya tahu kalau calon suami itu orang yang tepat kalau nggak pacaran (yang ini saya jawab, nanti kalau saya sudah menikah saya jawab deh :p just kidding), kenapa nggak boleh makan babi dan alkohol  dan lain-lain dst.

Yang susah adalah menjawab, kenapa kamu shalat dan dia tidak. Kenapa nggak mau alkohol, padahal dia minum. Kenapa nggak mau ikut party, padahal yang lain ikutan party. Dan, yang paling susaaaah sekali adalah..semua pertanyaan itu harus dijawab dalam bahasa Inggris, sementara vocab saya limited edition . Semoga..jawaban saya bener hehehe.

Pertanyaan-pertanyaan mereka kerap ajaib dan bikin garuk-garuk kepala, ya..buat saya tidak terfikirkan, karena sejak lahir saya muslim dan lingkungan saya muslim. Buat mereka, mungkin saya orang aneh. Pernah, satu hari karena masjid dipakai shalat jum'at, saya shalat di kelas (yang sedang sepi), seorang teman tiba-tiba masuk  dan bereaksi sangat kaget  karena mengira saya kena serangan jantung. Saat dia masuk kebetulan saya dalam posisi akan sujud.

Mereka juga sangat berhati-hati saat akan menyajikan hidangan. Seorang teman dari China sampai bertanya, kalau mau mengundang saya makan-makan, apa yang boleh dihidangkan dan yang tidak boleh. Sampai detil dia bertanya, cara memasak dan lain-lain.

Alhamdulillah ya Allah..nikmat menjadi muslim, kadang jarang disyukuri
Share on:
  • ← Previous post
  • Next Post →
  • Hi, I am Astria Hijriani. Now, i live in Enschede, Netherlands until 2018. I works as a Lecturer in Computer Science Department, Lampung University.
  • This blog capture some story from my life, my feeling, my activity and also my mind. You can contact me at astria.hijriani@gmail.com.
Founder of the website

Pageviews

Sparkline

Blog Archive

  • April 2018 ( 1 )
  • March 2018 ( 2 )
  • February 2018 ( 2 )
  • December 2017 ( 2 )
  • October 2016 ( 1 )
  • May 2016 ( 2 )
  • December 2015 ( 2 )
  • November 2015 ( 2 )
  • August 2015 ( 1 )
  • July 2015 ( 1 )
  • April 2015 ( 3 )
  • March 2015 ( 3 )
  • February 2015 ( 1 )
  • November 2014 ( 1 )
  • October 2014 ( 3 )
  • September 2014 ( 1 )
  • June 2014 ( 1 )
  • May 2014 ( 1 )
  • April 2014 ( 4 )
  • March 2014 ( 2 )
  • February 2014 ( 6 )
  • January 2014 ( 9 )
  • December 2013 ( 5 )
  • October 2013 ( 1 )
  • September 2013 ( 1 )
  • August 2013 ( 1 )
  • June 2013 ( 3 )
  • May 2013 ( 7 )
  • March 2013 ( 2 )
  • December 2012 ( 1 )
  • November 2012 ( 5 )
  • October 2012 ( 6 )
  • September 2012 ( 6 )
  • August 2012 ( 5 )
  • July 2012 ( 9 )
  • June 2012 ( 4 )
  • May 2012 ( 9 )
  • April 2012 ( 1 )
  • March 2012 ( 12 )
  • December 2011 ( 7 )
  • November 2011 ( 5 )
  • October 2011 ( 1 )
  • July 2010 ( 1 )
  • November 2009 ( 1 )
  • October 2009 ( 1 )
  • July 2008 ( 2 )
  • June 2008 ( 1 )
  • March 2008 ( 1 )
  • August 2007 ( 2 )
  • July 2007 ( 20 )

Popular Posts

  • Cara Membungkus Kado Bentuk Kemeja
    Ini postingan ringan, barangkali ada yang ingin berkreasi dalam membungkus kado atau bingkisan tertentu. Bentuk kemeja ini lumayan unik dan ...
  • Naik Apa ke Lampung dari Surabaya ?
    Selama jadi anak kost di Surabaya, sering sekali teman-teman bertanya, kalau pulang naik apa ke Lampung? Jawabannya biasanya gini, ya kalau ...
  • Berani Bongkar, Beruntung Bisa Pasang ~ Membersihkan Fan Acer 4732Z
    Liburan lalu, beberapa kali, laptop ini mati tiba-tiba, biasanya pada saat memainkan game yang membutuhkan grafis tinggi. Sempat sangat khaw...
  • Beasiswa Short Course StuNed
    Setiap bertemu dengan orang Indonesia di Enschede biasanya ditanya, -master atau PhD ? terus dijawab, ndak, saya shortcourse saja 3 bula...
  • Yang Mana Yang Berkualitas?
    Saya masih ingat sekali, pelajaran dasar yang diberikan Gem Cheong di kelas Total Quality Management. Gem menampilkan dua gambar berikut di ...
  • Operasi Gigi Geraham Bungsu dengan Fasilitas Askes ( I )
    Setahun lalu, melihat hasil foto rontgen panoramik gigi, dokter gigi di Surabaya sudah mengingatkan sejak awal, Mbak..sebaiknya geraham bung...
  • Operasi Gigi Geraham Bungsu (III)
    Sudah diniatkan ditulis sejak lama, tapi semuanya berubah ketika negara api menyerang :) eh eh nggak ding, karena mengkambinghitamkan 'm...
  • Beasiswa Pelatihan ITEC/SCAAP ke India
    Kenapa India? Mau Berangkat lagi? S3 ya, berapa tahun? Ngapain ke India? Mau ketemu Shahrukh Khan? Salam ya buat Shaheer Sheikh India...
  • Edisi Jajan dan Cari Oleh-Oleh di Palembang
    Jum'at sampai Ahad, 29 Nov-1 Des kemarin menyempatkan jalan-jalan ke Palembang. Menu utamanya wisudanya Destroyer eh Destri ding, tapi t...
  • Mampir ke Monas
    Ini salah satu mimpi waktu masih kecil, melihat Jakarta dari puncak Monas ^_^.  Dulu, pernah berkunjung ke tempat ini, waktu masih SD ras...

My Tweet

Tweets by @astriahijriani

Do Not think too much, say thanks to Allah for another wonderful day

Even your worst day, that's still 24 hours only


Created By SoraTemplates | By Gooyaabi Templates - copyright 2017 - edited by @hijriani